Sabtu, 05 Maret 2011

Mereka yang tidak mendapat kebeningan hati


Tidak diragukan lagi bahwa semangat dalam membersihkan diri saja tidak cukup. Akan tetapi seseorang juga harus mempelajari bagaimana cara yang benar dalam membersihkan diri. Serta mengetahui manhaj atau jalan yang menyimpang dalam membersihkan jiwa. 

Mempelajarai hal-hal yang menyimpang dalam membersihkan jiwa penting karena kita akan menjauhi jalan tersebut dan menjauhkan ummat darinya. Betapa banyak orang yang sudah benar dalam menjernihkan hatinya, tetapi tanpa sadar ia juga melakukan hal-hal yang menyimpang sehingga iapun tidak mendapatkan kebeningan jiwa. 

Tazkiyah yang menyimpang
Pada makalah ini, kita akan pelajari beberapa metode yang menyimpang dengan beberapa fariasinya agar jelas bagi kita jalan-jalan orang yang tersesat. Diantara hal tersebut adalah :

Pertama : Membersihkan hati dengan nyanyian, jogetan dan tepuk tangan. Perbuatan ini banyak dilakukan oleh orang-orang sufi agar mereka bisa meresapi sya’ir dari nyanyian tersebut. Tak jarang diantara mereka yang berjoget atau menepuk-nepuk dadanya agar larut dalam nyanyian tersebut. Setelah itu mereka menangis dengan berjama’ah dan berhenti dengan berhentinya nyanyian tersebut. Jelas ini adalah perbuatan yang tidak diamalkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallallahu ‘anhum

Dalam hal ini, Ibnu Taimiyah berkata : sudah diketahui dengan jelas dalam din Islam bahwasanya nabi sallallahu alaihi wasallam tidak mensyari’atkan terhadap orang-orang shalih dari ummat beliau, ahli ibadah dan para zahid [ orang-orang yang zuhud ] untuk berkumpul dan mendengarkan ba’it-ba’it yang meliuk-liuk bersamaan dengan menepuk tangan atau rebana. Sebagaimana tidak diperbolehkan terhadap seorangpun untuk keluar dari mengikutinya dan mengikuti apa-apa yang datang dari kitab secara dhohir dan batin. Tidak juga bagi orang yang umum dan khusus. Akan tetapi nabi sallallahu alaihi wasallam memberi rukhsoh nyanyian pada walimatul ‘ursy dan lainnya. Ruhshoh tersebut hanya bagi wanita untuk menabuh rebana dan tidak boleh dengan tepuk tangan. Sedangkan para lelaki pada masa beliau tidak satu orangpun menabuh rebana juga tepuk tangan. Bahkan telah dijelaskan dalam hadist shahih bahwasanya Nabi sallallahu alaihi wasallam bersabda : Bertepuk hanya untuk wanita dan bertasbih untuk lelaki. Dan dilaknat seorang wanita menyerupai lelaki, dan lelaki menyerupai wanita.

Dan karena nyanyian serta menabuh rebana adalah perbuatan wanita, maka para salaf menyabut banci bagi orang yang melakukannya dari kaum lelaki. Dan mereka menyebut para penyanyi lelaki dengan banci, sebutan ini sudah mashur dikalangan mereka. [ Majmu’ fatawa 11/567-568 ].

Para pembaca yang budiman, jika ada suatu pengajian yang mengajak anda untuk menikmati lantunan musik dan juga syair-syair yang merdu menggugah jiwa, tinggalkan majlis tersebut. Itu adalah majlis orang-orang sufi yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Itu adalah majlis yang telah dikendalikan oleh setan. Padahal kita diperintahkan untuk menjauhi langkah-langkah setan.

Kedua : mereka berdzikir dengan suara nyaring dan menyebut isim mufrat dalam dzikir mereka. Seperti dzikir laalilaaha illa Allah, mereka singkat dengan “Allah” saja, Allahu akbar mereka singkat dengan “huwa”. Jenis dzikir yang seperti ini jelas tidak diperbolehkan dalam Islam. 

Ibnu Taimiyah berkata : sedangkan isim mufrath seperti “ Allah” “Allah” atau dhamir seperti “huwa” “huwa”. Maka tidaklah disyari’atkan di dalam kitab dan sunnah, dan juga tidak diajarkan oleh salah seorangpun dari para salafil ummah dan juga tidak dari seorang yang pantas untuk dicontoh. Akan tetapi itu hanyalah lahjah atau ucapan suatu kaum yang tersesat dari ummat sekarang ini. [ maj’mu’ fatawa 10/556 ].

Mereka mengatakan bahwa dzikir dengan ucapan yang sempurna itu hanya untuk orang-orang awam saja. Sedangkan orang-orang khusus yang memiki kedekatan dengan Allah Ta’ala menggunakan dzikir-dzikir yang ringkas dan tidak dibaca secara keseluruhan. Jelas ini adalah alasan yang tertolak. Bukankah Rasulullah sallallahu alaihi wasallam junjungan kita mengajarkan dzikir dengan ucapan yang sempurna ?. bukankah para sahabat radhiyallallahu ‘anhum juga melakukan yang dilakukan Rasulullallah ?. kelompok khusus mana yang mereka maksudkan ?. 

Ibnu Taimiyah berkata : telah jelas dalam hadist-hadist yang shahih dari nabi sallallahu alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda : 

Sebaik-baik perkataan setelah al qur’an ada empat, dan semuanya dari alqur’an : subhanallah dan alhamdulillah dan laa ilaaha illallah serta Allahu akbar.

Dalam hadist yang lain : sebaik-baik dzikir adalah laa ilaaha illallah. Dan bersabda : yang paling mulia apa yang kuucapkan dan para nabi-nabi sebelumku : laa ilaaha illallah wahdahulaa syariikalah lahulmulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syaiin qodiir. Dan hadist tentang kalimat ini banyak sekali. Sedangkan dzikir dengan isim mufrath maka ia adalah bid’ah yang tidak disyari’atkan karena tidak bisa dipahami dan juga tidak mangandung keimanan. 

Sebagian diantara orang-orang hari ini [ ahlul bid’ah ] mengatakan bahwa, tujuan kami bukan dzikrullah. Akan tetapi hanya untuk memusatkan hati atas sesuatu sehingga siaplah jiwa untuk menerimanya. Maksudnya ialah memerintahkah keinginanya untuk mengucapkan dzikir tersebut berkali-kali, dan jika sudah hatinya terpusat pada suatu keadaaan yaitu dikuasai setan, berkhayallah dia pada suatu keadaan bahwa dia berada disisi Tuhannya yang tinggi. Dan ia merasa telah diberi sesuatu yang belum pernah diberikan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam pada saat mi’roj, dan juga nabi Musa pada saat di bukit Thur. ini persis yang terjadi pada beberapa orang pada masa kita. [ Majmu’ fatawa 10/396 ].

Diantara mereka juga dibarengi dengan gelengan kepala kekanan dan kekiri sambil melafadzkan dzikir tersebut. Semua ini adalah perbuatan yang tidak diajarkan oleh Islam. Kita wajib meninggalkannya jika ingin hati kita jernih dan bening.

Ketiga : pengharaman hal-hal yang dihalalkan Allah Ta’ala. Diantara mereka ada yang mengharamkan untuk makan makan yang nikmat seperti daging, sayur dan yang lainnya. Bahkan ada diantara mereka yang tidak makan seharian kecuali sesuatu yang sedikit. Sehingga menyebabkan badan mereka lemah dan tidak mampu untuk melakukan aktifitas.

Orang-orang sufi juga senang untuk berpakaian compang-camping. Mereka pakai pakaian tambal-tambalan agar kelihatan zuhud dan tidak mau memakai pakai yang bagus karena terkesan tidak zuhud. Padahal Rasulullah sallallahu alaihi wasallam memerintahkan kita untuk memakai pakaian yang bagus ketika shalat jum’ah, ‘idul fitri dan juga ‘idul adha.

Dan jika Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dan para sahabat memakai pakain tambalan, itu memang karena keadaan mereka yang miskin. Bukan karena ingin menampakkan bahwa mereka orang zuhud. karena memang zuhut itu harus disembunyikan. Bukan malah dipamerkan kepada setiap orang.

Ibnul Jauzi berkata : ketika orang-orang sufi mendengar bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wasallam menambal kainnya, dan dipakaian Umar juga ada tambalan kain, dan Uwais Al-Qorny biasa mengambil tambalan kain dari tempat pembuangan sampah lalu mencucinya di duangai Eufrat dan menggunakannya sebagai tmabalan kainnya, maka mereka sepakat untuk mengenakan pakaian yang tambal-tambalan. Mereka terlalu jauh menggunakan analogi. Memang Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dan para sahabat lebih menonjolkan pola hidup sederhana dan membatasi diri dari ambisi dunia. Mayoritas mereka melakukan hal ini karena memang keadaan mereka yang miskin [ Talbisul Iblis : 230-231 ].

Demikianlah beberapa cara membersihkan hati yang keliru dan menyimpang. Kita, sebagai ummat islam yang ingin membersihkan diri dengan yang disyari’atkan Islam harus menjauhinya dan memperingatkan ummat agar jauh darinya. 

Sebagai penutup kami sampaikan perkataan Syaikh shalih fauzan : Dan setiap orang yang meninggalkan kebenaran pasti akan ditimpakan kebatilan. Dan barang siapa meninggalkan madzhab Ahlussunnah wal jama’ah, maka ia akan masuk pada madzhab kelompok-kelompok yang sesat. Dan barang siapa berkumpul dengan kelompok-kelompok yang sesat tersebut, maka ia akan masuk pada kelompok sesat tersebut. Ini adalah sunnatullah Ta’ala. Inilah yang harus diperhatikan oleh seorang muslim untuk tidak meninggalkan kebenaran. Karena jika ia meninggalkan yang haq pasti dia kan masuk pada kebatilan. Dan jika ia meninggalkan para pengikut kebenaran, pasti ia akan menjadi pengikut kesesatan. Dan ini pasti terjadi selama-lamanya. [ syarkh masail jahiliyah : 127 ].

Semoga Allah senantiasa menuntun kita diajalan yang diridhai-Nya. Dan mengumpukan kita bersama orang-orang yang dicintai-Nya. Amiiin. [ Amru ]