Sabtu, 10 Desember 2011

INDAHNYA HIDUP BERSAHAJA

Kecenderungan manusia berperilaku boros terhadap harta memang sudah ada di dalam dirinya. Hal ini dapat kita perhatikan dalam hidup keseharian kita. Orang yang punya harta, kecenderungan untuk menjadi pecinta harta akan lebih besar. Makin bagus, makin mahal, makin unik, makin senang, maka makin cintalah ia kepada harta yang dimilikinya. Lebih dari itu, maka ingin pulalah ia untuk memamerkannya. Terkadang apa saja ingin dipamer-pamerkan. Ada yang pamer kendaraan, pamer rumah, pamer kendaraan, pamer mebel, pamer pakaian, dan lain-lain. Sifat ini muncul karena salah satunya kita ini ingin tampil lebih wah, lebih bermerek, atau lebih keren dari orang lain. Padahal, makin bermerek barang yang dimiliki justru akan menyiksa diri. 

Ditambah lagi perilaku boros adalah salah satu tipu daya setan terkutuk yang membuat harta yang kita miliki tidak efektif mengangkat derajat kita. Harta yang dimiliki justru efektif menjerumuskan, membelenggu, dan menjebak kita dalam kubangan tipu daya harta karena kita salah dalam menyikapinya.

TIPS MENGGAPAI HIDUP YANG BARAKAH

Memang keberkahan itu adalah anugerah dari Allah Ta'ala yang Ia berikan pada para hamba-Nya yang dikehendaki. Barang siapa yang dikehendaki Allah untuk diberikan keberkahan dalam setiap apa yang ia lakukan, tidak ada yang bisa menghalanginya. Dan barang siapa yang dijauhkan Allah dari keberkahan, tidak ada yang bisa memberikan keberkahan kecuali Ia. Kita hanya bisa mengusahakan dengan amalan-amalan yang mendatangkan keberkahan. 

Walau demikian, kita tidak diperbolehkan untuk meninggalkan amalan-amalan yang menghantarkan pada keberkahan. Karena mengharapkan sesuatu tanpa usaha adalah bohong, sementara usaha yang sungguh-sungguh tanpa do'a agar diberikan keberkahan adalah sombong.

Dalam mengusahakan keberkahan, kita tidak diperbolehkan untuk mencarinya dengan amalan-amalan yang tidak dituntunkan oleh Islam. Seperti mencari berkah lewat kuburan-kuburan, mendatangi tempat-tempat keramat dan juga mengadakan acara ritual-ritual kesyirikan. Ada juga yang mencarinya dengan memohon pada ruh-ruh para wali yang telah meninggal. Semua itu mereka lakukan agar dilariskan perniagaannya, dimudahkan jodohnya, dipandaikan sekolahnya, diselesaikan segala urusannya dan yang lainnya. Jelas ini tidak akan mendatangkan keberkahan dari Allah Ta'ala, dan bahkan malah mengundang murka-Nya.

JAUHI GAYA HIDUP BOROS



Ciri masyarakat modern adalah mudahnya setiap orang untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka. Munculnya HP sehingga memudahkan seseorang untuk berhubungan dengan keluarga dan teman yang berjauhan. Bertebarannya berbagai kendaraan sehingga memudahkan para penggunanya untuk bepergian. Serta munculnya berbagai pusat-pusat perbelanjaan yang buka hampir 24 jam lengkap dengan barang-barang kebutuhan kita.

Dibalik kemudahan-kemudahan yang ada ternyata memiliki dampak negatif yang juga tidak sedikit. Mulai dari gaya hidup yang sangat konsumtif, materialistis dan bahkan gaya hidup boros. Uang belanja yang sebenarnya tidak sedikit habis dan bahkan kurang untuk kebutuhan sehari-hari. Tidak sedikit diantara kita yang kadang sampai berhutang karena uang belanja yang selalu kurang pada setiap bulannya. 

DERITA BAGI ORANG-ORANG YANG SOMBONG


Sombong adalah penyakit yang sangat berbahaya bagi seseorang. Sedikit diantara manusia yang selamat darinya. Lebih parah lagi bahwa, orang-orang yang memiliki sifat sombong ini tidak sadar dengan penyakit mereka. Banyak orang yang mengira bahwa sombong hanya akan terjadi pada orang yang pakaiannya indah, kendaraannya mewah, rumah yang megah serta makanannya yang serba mahal. Atau ada yang beranggapan bahwa sombong itu hanya terjadi pada orang-orang kaya saja, sedangkan orang yang miskin tidak akan terjangkiti sifat sombong ini. Padahal bisa jadi orang yang sangat miskin, hidup dengan penuh kerendahan dan kemelaratan, akan tetapi ia menjadi pentolan orang-orang yang sombong. 

Sombong inilah yang telah mengeluarkan iblis dari jannah. Karena enggannya iblis untuk sujud kepada nabi adam dan merasa lebih baik karena diciptakan dari api sedangkan nabi adam diciptakan dari tanah. Padahal Allah Ta'ala tidak pernah mengatakan bahwa api itu lebih baik daripada tanah.  Oleh karena itulah iblis terkutuk hingga hari kiamat sedangkan ia termasuk hamba Allah yang kafir. Dari sinilah penting bagi kita untuk mendalami permasalahan ini, agar kita tidak termasuk diantara orang-orang yang sombong. 

AKIBAT KEBAKHILAN




Kebakhilan memang sebuah penyakit yang sangat berbaya. Ia bisa menyeret pelakukanya pada perbuatan-perbuatan dosa. Dan jika suatu masyarakat sudah terjangkiti sifat bakhil ini, maka akan terjadi perpecahan-perpacahan dan kemalasan kolektif untuk berbuat kebaikan.

Pada tulisan kali ini kita akan membahas akibat kebakhilan dan obatnya. Tujuannya, agar kita membenci kebakhilan dan dapat menjauhinya. Diantara akibat yang akan dialami oleh orang yang bakhil adalah :

Pertama : Menyeret pelakunya terjerumus kedalam berbagai perbuatan dosa. Seseorang yang terkena penyakit bakhil akan menjauh dari berbagai perbuatan baik. Entah perbuatan baik yang kaitannya dengan Allah Ta'ala atau sesama manusia. Sebaliknya ia akan selalu mendekati perbuatan jelek dan menyibukkan diri dengannya. Imam As Syafi'I berkata :

أَنَّ نّفْسَكَ الَتِي بَيْنَ جَنْبَيْكَ، إِنْ لَمْ تُشْغِلُهَا بِالْحَقِّ شَغَلَتْكَ بَالْبَاطِلِ
Sesungguhnya jiwamu yang berasa pada sisimu, jika tidak menyibukkan dirimu dalam kebenaran, kamu akan disibukkan dengan kebatilan. [ dinukil oleh Ibnul qoyyim, Madarijus salikin 3/129 ].

Nabi sallallahu alaihi wasallam juga telah mewanti-wanti pada kita bahwa kebakhilan akan membawa kita pada berbagai perbuatan dosa dan hina. Beliau bersabda :

إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخَلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا

Hendaklah kalian jauhi sifat bakhil, maka sesungguhnya telah celaka orang-orang sebelum kalian dengan kebakhilan : memerintahkan kepada mereka dengan kebakhilan kemudian mereka bakhil, dan memerintahkan kepada merela untuk memutus silaturrahmi kemudian mereka putus, dan memerintahkan kepada mereka dengan perbuatan dosa kemudian ia melakukannya. [ HR. Abu Daud ]

Karena pahamnya Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu tentang akibat kebakhilan ini, ada sebuah riwayat dari Abi Hayyaj al asadi beliau berkata : suatu hari aku berthowaf di baitullah. Kemudian aku melihat seseorang berdo'a : Allahumma qinii syukha nafsi [ ya Allah jagalah diriku dari kebakhilan ] tidak menambah dari itu. Akau katakan kepadanya, kenapa ?. kemudian ia berkata : sesungguhnya jika diriku terjaga dari kekikiran : tidak akan mencuri, berzina, dan perbuatan dosa lainnya. Dan ternyata seseorang tersebut adalah Andurrahman bin 'Auf. [ Dikeluarkan oleh Ibnu jarir dalam Jaami'ul bayan : 228/12/28 ].

Kedua : kakacauan dan kegoncangan jiwa. Terjadinya kegalauan dan kegoncangan disebabkan karena ia telah terjerumus pada perbuatan dosa yang besar maupun yang kecil. Dengan dosa itulah kegoncangan-kegoncangan jiwanya mulai dirasakan. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala :

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta" [ QS. Toha : 124 ].

Ibnu katsir berkata : "barang siapa berpaling dari peringatanku" maksudnya adalah, menyelisihi-Ku dan apa-apa yang aku turunkan pada rasul-Ku, ia berpaling darinya dan pura-pura lupa dan mengambil selain petunjuknya "maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit". Yaitu di dunia, maka tidak ada ketenangan batin baginya, dan juga tidak ada kelapangan pada dadanya bahkan hatinya sempit sesak karena kesesatannya, walaupun nampaknya ia bernikmat-nikmat dengan pakaian yang ia kehendaki, makanan yang ia inginkan terpenuhi, juga rumah yang indah. Maka sesungguhnya hatinya yang belum mendapatkan petunjuk dan keyakinan akan selalu dalam kegoncangan dan keraguan yang senantiasa menghantuinya. Inilah diantara kehidupan yang sempit. [ Tafsir Ibnu Katsir pada ayat tersebut ].

Ketiga : Adzab yang pedih di akhirat . Kebahilan tidak hanya mengimbas pada kehidupan seseorang di dunia dengan kegoncangan dan ketidak tenangan. Akan tetapi musibah tersebut terus menyiksa pelakunya hingga kenegeri akhirat dengan adzab yang pedih di neraka. Allah Ta'ala berfirman :

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. [ QS. Ali Imaran : 180 ].

Orang-orang yang telah diberi harta dan limpahan karunia oleh Allah Ta'ala kemudian mereka bakhil, tidak mau mengeluarkan kewajiban mengenai harta tersebut, seperti zakat dan lain-lain, adalah sangat tercela. Janganlah sekali-kali kebakhilan itu dianggap baik dan menguntungkan bagi mereka. Harta benda kekayaan akan tetap utuh dan tidak kurang bila dinafkahkan di jalan Allah bahkan akan bertambah dan diberkati. Tetapi kebakhilan itu adalah suatu hal yang buruk dan merugikan mereka sendiri, karena harta yang tidak dinafkahkan itu akan dikalungkan di leher mereka kelak di hari kiamat sebagai azab dan siksaan yang amat berat, sebab harta benda yang dikalungkan itu akan berubah menjadi ular yang melilit mereka dengan kuat. Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعٌ أَقْرَعُ لَهُ زَبِيبَتَانِ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتِهِ يَعْنِى شِدْقَيْهِ يَقُولُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ

"Barang siapa yang telah diberi Allah harta, kemudian tidak mengeluarkan zakatnya, akan diperlihatkan hartanya berupa ular sawah yang botak, mempunyai dua bintik hitam di atas kedua matanya, lalu dikalungkan kepadanya di hari kiamat nanti. Ular itu membuka rahangnya dan berkata: "Saya ini adalah hartamu saya ini adalah simpananmu". Kemudian Nabi membaca ayat ini. (HR Imam Bukhari dan Nasa'i dari Abu Hurairah)


Keempat : Dijauhkan dari keimanan pada Allah Ta'ala. Kekikiran dan keimanan tidak akan berkumpul dalam jiwa seseorang. Kekiran akan mengikis keimanan seseorang sedkit demi sedikit. Sebaliknya, orang yang gemar berinfaq Allah akan kuatkan keimanannya karena yakin bahwa pahala akan menantinya di akhirat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam :

لاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَ اْلإِيْمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا
 “Sifat kikir dan iman tidak akan berkumpul dalam hati seseorang selama-lamanya.” [Al-Musnad, karya Ahmad 14/202, no. 8512, dan Shahih Ibni Hiban 8/43, no. 3251. Seorang muhaqqiq mengatakan, “Hadits shahih lighairihi.”].
Iman seseorang yang lemah tidak akan terpanggil untuk menyambut seruan dari setiap penyeru untuk berinfaq dan shadaqah. Bahkah jika dia melihat saudaranya sedang tertimpa musibahpun tidak akan mereka keluarkan hartanya untuk meringankan beban sauranya tersebut. Ia tidak paham bahwa harta yang ia belanjakan untuk kebaikan itulah yang sebenarnya menjadi harta dia yang akan mengikuti sampai akhirat. Dan tidaklah seseorang bakhil, kecuali bakhilnya ia pada dirinya sendiri.
Itulah beberapa musibah yang akan menimpa orang-orang bakhil di dunia dan di akhirat. Dengan mengetahui bahaya bakhil tersebut, kita berusaha untuk menjauhi kebakhilan tersebut. Menjuahi teman-teman yang bakhil dan juga lingkungan yang bakhil karena teman dekat akan sangat mempengaruhi jiwa kita untuk menjadi bakhil.

Tidak cukup hanya mengetahui bahaya bakhil, tetapi juga berusaha untuk mengobati penyakit ini agar tidak menjangkiti diri kita, keluarga dan juga masyarakat kita.

Dengan melihat berbagai kehancuran yang akan dialami oleh orang yang bakhil di dunia dan akhirat, yakin terhadap janji Allah terhadap pahala yang akan didapatkan, serta mebaca kisah orang-orang yang telah menginfakkan sebagian besar harta mereka untuk perjuangan islam, insyaAllah diri kita terhindar dari sifat bakhil.

Disamping berusaha, kita juga harus berdo'a agar dijauhkan dari kebakhilan. Diantara do'a yang diajarkan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ.
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bakhil, aku berlindung kepada-Mu dari penakut, aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan ke usia yang terhina, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan siksa kubur. [ HR. Bukhari dalam Fathul Baari: 6/35 ].
Kita harus tahu bahwa para malaikat mendo'akan agar rizki seorang diganti Allah dengan melimpah pada saat pagi dan sore hari. Sebaliknya, para malaikat akan mendo'akan orang-orang bakhil dengan kehancuran pada setiap pagi dan sore hari. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda :
ماَ مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ اْلعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا اَللّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ اَللّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

"Tiada suatu hari pada hamba-hamba Allah kecuali dua malaikat turun , seraya berdoa : Wahai Allah berilah para penderma keberhasilan , dan malaikat yang kedua berkata : Wahai Allah , berilah orang yang menahan hartanya ( kikir ) kehancuran " . ( HR. Al Bukhari )
Semoga Allah Ta'ala memudahkan kita dalam melakukan kebaikan, melapangkan dada kita untuk berinfaq dan menjauhkan kita dari kebakhilan. Tidaklah seseorang dimudahkan dalam berinfaq kecuali atas kehendak-Nya, dan tidak ada yang disempitkan karena kebakhilan kecuali atas kehendak-Nya. [ Amru ].


HINDARI PENYEBAB KEBAKHILAN



Bakhil dalam bahasa arab biasa disebut dengan as syuhha yang artinya bakhil. Sedang dalam istilah adalah bakhilnya seseorang terhadap harta dan segala kebaikan yang ada pada dirinya atau pada orang lain. [ Afatun ‘ala thariq bab : syuhha ]
Hari ini kebakhilan sudah menjadi penyakit yang meluas dikalangan ummat Islam. Ekonomi kapitalis dan budaya hidup cuek inilah yang menjadikan kita tidak peka terhadap sesama. Lingkungan keluarga dan masyarakat kita telah berhasil menanamkan jiwa invidualisme. Yang penting saya menjadi kaya, kecukupan, semua kebutuhan serba ada, dan tidak memikirkan kebutuhan saudaranya yang lain.
 Karena sebab itulah muncul berbagi bentuk kebahilan pada ummat islam ini. Bakhilnya seorang da’I untuk menyampaikan kebenaran karena takut nikmat dunianya berkurang. Bakhilnya seorang pemimpin untuk menggunakan kepemimpinannya guna membela islam dan kebenaran. Bakhilnya seseorang untuk mengorbankan waktunya berfikir untuk kemajuan Islam. Bakhilnya seseorang untuk mengeluarkan hartanya di jalan Allah Ta’ala. Lebih parah lagi adalah bakhilnya seseorang untuk memberikan kemudahan bagi orang lain walaupun hanya dengan sesuatu yang remeh. Orang yang bakhil tidak akan mungkin mau memberikan hartanya, waktunya, tenaganya apalagi jiwa dan ruhnya untuk Islam.
Islam sangat membenci sifat bakhil. Karena sifat bakhil salah satu dari karakter orang munafiq yang tidak mau berkorban untuk kebaikan. Padahal karakter orang yang beriman adalah siap berkorban dengan apa saja demi islam.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ;
وَعَنْ جَابِرٍ رضى الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((اتَّقُوْا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوْا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ)) رواه مسلم
 Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah (takutlah) oleh kalian perbuatan dzalim, karena kedzaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka”. (HR: Muslim).
Saking bakhilnya seseorang, sampai-sampai ia tidak mau mengucapkan shalawat ketika nama nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam disebut. Hal ini sebagaimana dalam hadsit ;
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ ,قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  الْبَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
Artinya: "Orang yang kikir ialah: Orang yang tidak mau bershalawat ketika orang menyebut namaku di sisinya." (HR. Ahmad).
Kenapa karakter bakhil terjadi pada seseorang ?
Karakter bakhil tidak datang dengan sendirinya. Ia memiliki sebab-sebab yang menjadikannya hingga menjadi karakter. Diantara sebab-sebab tersebut adalah ;
Pertama : lingkungan yang ia hidup di dalamnya.  Jika seseorang hidup pada lingkungan orang-orang pelit, mulai dari keluarga, masyarakat dan bahkan Negara, maka hal itulah yang akan menjadikan karakternya menjadi orang yang bakhil.
Dari sinilah islam memberikan arahan agar kita tetap istiqomah pada saat rusaknya zaman.  Tetap rakus terhadap kebaikan saat kekikiran telah mewabah.  Dan orang-orang yang senantiasa memperbaiki kondisi ummat serta istiqomah di atas kebenaran saat rusaknya
بَدَأَ الْإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam semula asing dan akan kembali asing seperti semula, maka berbahagialah orang-orang asing itu”.(HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Para ulama hadits menambahkan dalam riwayat meraka, menjelaskan sifat orang asing tersebut, diantaranya:
قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ الله مَنِ الْغُرَبَاءُ؟ قَالَ: الَذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ إِذَا فَسَدَ النَّاس
“Beliau ditanya: Siapa orang-orang yamg terasing itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: “Orang-orang yang memperbaiki jika sekalian manusia telah rusak”.(HR. Ahmad)
kedua : cinta dunia dan takut miskin. Orang yang cinta dunia akan membawa seorang pada kekikiran. Dia mengira bahwa uang yang ia keluarkan akan menjadikan kantongnya kempes, akhirnya jatuh miskin dan menjadi orang hina di masyarakat. Ia lupa bahwa Allah pasti mengganti shadaqoh seseorang dengan melimpah.  Allah Ta'ala berfirman :
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya. [ QS. Saba' : 39 ].
Banyak orang yang cinta pada hal yang nampak yaitu dunia. Den sedikit dari manusia yang cinta pada hal yang tidak nampak yaitu akhirat. Akhiranya banyak orang yang cinta dunia dengan menumpuk-numpuk harta. Dan sedikit dari mereka yang menginfakkan hartanya sebagai infestasi di negeri yang abadi.
Ketiga : tidak yakin dengan janji Allah Ta'ala. Kurang yankinnya seseorang terhadap janji Allah Ta'ala tentang pahala di dunia dan akhirat bisa menimbulkan kekikiran. Ia tidak paham bahwa Allah lah yang memberikan segala sesuatu. Dan Ialah yang akan menggantikan shadaqoh yang dikeluarkan seseorang dengan berlipat ganda. Sedangkan orang yang bakhil Allah akan sempitkan kehidupannya. Di dalam al qur'an disebutkan ;
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى (10)
Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. [ QS. Al Lail : 8 – 10 ].
Imam Al mawardi berkata : " adapun orang-orang yang bakhil " mengandung dua makna. Pertama bakhil terhadap hartanya yang tidak kekal, kedua bakhil terhadap hak Allah Ta'ala. Sedangkan makna " merasa dirinya cukup " ada dua hal. Pertama dengan hartanya, kedua merasa dirinya cukup dan tidak membutuhkan Allah Ta'ala. [ An Naktu Wal 'uyun : 4/467 ].
Ketidak yakinnya seseorang terhadap  janji, jannah, pahala dann berbagai kenikmatan pada orang yang mau berinfaq, akan membawa seseorang pada kebakhilan yang menyengsarakan.
Keempat : membiarkan jiwanya dan tidak berusaha untuk mengendalikan agar tidak bakhil. Sesunguhnya nafsu manusia itu senang terhadap harta dan bakhil terhadapnya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala ;
 إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ. وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ  . وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, Dan Sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, Dan Sesungguhnya Dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. [ QS. Al 'Adiyaat : 6 – 8 ]
Imam As Sa'di berkata : kecintaan kepada harta itulah yang menjadikan ia lupa akan hak-hak dan kewajiban atas harta tersebut. Ia lebih mengedepankan nafsunya dibandingkan hak-hak yang harus ia tunaikan. Yang demikian itu dikarenakan pandangannya yang sempit hanya pada dunia ini saja dan lalai tentang akhirat. [ Taisirul karinir rahman fit tafsiri kalamil manan pada ayat tersebut ].
Rasulullah sallahu alaihi wasallam juga bersabda :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم  يَقُوْلُ لاَ يَزَالُ قَلْبُ الْكَبِيْرِ شَابًا فِى اثْنَـتَيْنِ فِى حُبِّ الدُّنْيَا وَطُوْلِ اْلأَمَلِ
“Dari Abi Huroirah berkata : aku mendengar Rasululloh bersabda : tidak henti-hentinya hati orang tua itu tetap muda dalam dua hal yaitu dalam cinta terhadap dunia dan panjangnya angan-angan.” [ HR. Bukhori ].
Demikainlah fitrah manusia terhadap harta. Senang, cinta dan bahkan bakhil terhadapnya. Bahkan orang tua yang sudah bau tanahpun seakan seperti anak muda jika berurusan dengan harta. Jika penyakit seperti ini dibiarkan dan tidak segera di obati dengan melatih diri rajin berinfaq dan berbuat baik kepada saudaranya yang lain, maka akan datang suatu masa. Masa yang sangat sulit untuk mengobati kekirinnya karena telah menjadi karakter dan kepribadiannya.
Kita berlindung pada Allah Ta'ala dari sifat bakhil ini. Serta kita memohon agar dimudahkan untuk memberikan berbagai kebaikan kepada saudara kita. Karena hakekat iman adalah perngorbanan dengan harta, jiwa dan segala apa yang kita miliki. Sedangkan bebakhilan terhadap berbagai kebaikan adalah karakter dan sifat orang munafiq. [ Amru ].













HATI-HATILAH DARI SIFAT TAMAK


Tamak terhadap dunia adalah sumber kemiskinan. Sedangkan qona’ah adalah kekayaan yang tak ternilaikan. Ingat bahwa orang yang miskin bukanlah orang yang kekurangan harta benda. Akan tetapi kemiskinan yang sebenarnya adalah orang yang tidak pernah kenyang dengan harta dunia. Ia cari siang dan malam, tidak menghiraukan halal dan haram, dan bahkan ia persembahkan hidupnya untuk mencari harta dan harta.
Gambaran ini persis sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ مِثْلَ وَادٍ مَالاً لأَحَبَّ أَنَّ لَهُ إِلَيْهِ مِثْلَهُ ، وَلاَ يَمْلأُ عَيْنَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

“Seandainya manusia memiliki lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan harta yang banyak semisal itu pula. Mata manusia barulah penuh jika diisi dengan tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6437)
Kejahatan-kejahatan yang terjadi di dunia ini hampir seluruhnya disebabkan oleh ketamakan. Perebutan harta warisan, persaingan bisnis dan kerakusan seseorang terhadap jabatan sering kali terjadi yang menyebabkan pertumpahan darah dimana-mana. Karakusan seseorang terhadap harta dan jabatan lebih parah dibandingkan seekor srigala lapar yang dilepas pada kawanan domba. Karena srigala lapar hanya akan memakan domba, sedangkan orang yang rakus akan melahap apa saja yang ada di depannya. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ;

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ
“Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah gerombolan kambing lebih merusak daripada merusaknya seseorang terhadap agamanya karena ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan yang tinggi.” (HR. at-Tirmidzi no. 2482, ash-Shahihul Musnad, 2/178)
Sebaliknya orang yang hidupnya kecukupan, selalu bersyukur pada Allah Ta’ala, dan menggunakan hartanya dengan hati-hati serta tidak lupa berinfaq walaupun sedikit, Allah akan kayakan dia dan Allah akan berikan keberkahan pada hartanya. Karena hakekat kekayaan bukanlah banyaknya harta. Tetapi orang yang kaya adalah orang merasa cukup dengan pemberian Allah Ta’ala. Rasulullah sallahu alaihi wasallam bersabda :
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051).
Kerakusan terhadap dunia menimbulkan kekikiran. Dan kekiran akan mengakibatkan kehancuran pada seseorang di dunia dan akhirat.
Obat rakus dunia
Jika kita ingin menjadi orang yang tidak rakus terhadap dunia, wajib bagi kita untuk menhiasi diri dengan sifat qona’ah. Sedangkan tips agar seseorang menjadi qona’ah hanya ada tiga hal. Yaitu sabar dalam kefakiran, mengilmui tentang keutamaan qona’ah dan berbuat untuk menjadi orang yang mulia dan tidak meminta-minta. Ketiganya terincikan dengan beberapa langkah yang harus ditempuh diantaranya :
Pertama : Hidup hemat dan sederhana serta tidak lupa berinfaq. Barang siapa yang ingin hatinya kaya dan memiliki kemuliaan jiwa ia harus qona’ah dan berhemat dalam menggunakan harta. Janganlah anda belanjakan harta kecuali untuk hal-hal yang bermanfaat. Jangan anda belanjakan harta untuk membeli perabot-perabot yang mahal dan kurang bermanfaat. Pilahlah antara kebutuhan dengan keinginan. Kadang banyak keinginan kita yang sebenaranya kurang bermanfaat. Sehingga banyak diantara kita yang mengejar keinginan-keinginan tersebut. Padahal kenginan seseorang jika dituruti tidak akan pernah selesai sehingga datangnya ajal.
Kita membutuhkan kesederhanaan dalam pakaian, makanan, tempat tinggal dan juga kendaraan. Bukan berbangga-bangga dengan hal tersebut. Hal inilah yang menjadikan hati kita menjadi kaya dan selalu bersyukur atas pemberian Allah Ta’ala.
Rasulullah memuji orang-orang yang hidup hemat tersebut dalam hadis beliau ;
ثَلاثٌ مُنْجِيَاتٌ;  خَشْيَةُ اللهِ مِنَ السِرِّ وَ الْعَلاَنِيَةِ وَ الْقَصْدُ فِي الْغَنِىِّ وَ الْفَقْرِ وَ كَلِمَةُ الْحَقِّ فِي الرِّضَا وَ الْغَضَبِ

Tiga hal yang menyelamatkan : takut pada Allah dalam keadaaan terang-terangan maupun sembunyi, sederhana dalam keadaan kaya ataupun miskin, dan perkataan yang benar dalam keaadaan ridho ataupun marah. [ HR. Al Baihaqi, Syu’abul iman 1/471 ].
Kedua : jika kita mendapat kemudahan dalam mencari rizki, maka jangan mengerahkan seluruh tenaga untuk mendapatkan kekayaan yang lebih banyak hingga terlupakan ibadah kita. Hal inilah yang akan menjadikan diri kita pendek angan-angan. Kita harus yakin bahwa rizki yang Allah takdirkan pada kita pasti tidak akan jatuh ketangan orang lain walaupun kita juga harus mengusahakannya. Dan kerakusan seseorang terhadap harta tidak akan menambah kecuali apa yang telah Allah tetapkan kepada orang tersebut. Kita harus yakin dengan firman Allah Ta’ala :
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ في الأرْضِ إلاَّ عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, [ QS. Hud : 6 ].
Setan memang nenatiasa menakut-nakuti anak adam dengan kefakiran sehingga menusia berbuat dosa. Setan mengatakan : jika kalian tidak rakus, maka kalian menjadi orang miskin. Kalian menjadi orang lemah dan tidak dihormati. Kalian akan menjadi orang-orang pinggiran yang tidak dihormati oleh masyarakat. Dan setan akan tertawa ketika orang tersebut sudah capek dengan karakusannya, yang diikuti dengan kemalasan dia untuk beribadah pada Allah Ta’ala.
Dalam hal ini, Rasulullah sallallahu alaiwasallam memberikan arahan pada kita semua :
لاَ تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ فَإِنَّهُ لَنْ يَمُوتُ حَتَّى يَبْلُغَهُ آخِرُ رِزْقٍ هُوَ لَهُ، فَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ: أَخْذُ الْحَلاَلِ، وَتَرْكُ الْحَرَامِ
 “Janganlah kamu merasa bahwa rizqimu telat datangnya, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga telah datang kepadanya rizqi terakhir (yang telah ditentukan) untuknya, maka tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rizqi, yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram.” [ Riwayat Abdurrazzaq, Ibnu Hibban, dan Al Hakim, serta dishohihkan oleh Al Albani   6/209 ]
 Ketiga : hendaklah kita memahami bahwa dalam qona’ah ada kemuliaan, dan dalam ketamakan serta kerakusan terdapat kehinaan. Jika kita telah paham dengan hal tersebut, hati kita akan disinari dengan sifat qona’ah. Karena karakusan hanya akan mencapekkan dan menghinakan seseorang.  Sedangkan sifat qona’ah akan melahirkan kesabaran dalam menggapai syahwat-syahwat dunia. Kesabaran itulah yang akan dibalas Allah dengan jannah di akhirat.
Orang yang qona’ah akan sabar dalam mengikuti kebenaran. Ia akan kuat dalam menghadapi terpaan-terpaan saat menegakkan kebenaran. Karena ia yakin bahwa tidak ada yang kaya, kuat dan mulia kecuali Allah Ta’ala. Sebaliknya, orang yang rakus akan sangat tergantung pada manusia. Orang tersebut akan ciut nyalinya, pengecut jiwanya, tipis hatinya dan lemah imannya. Bisyr Ibnu Haris berkata ;
عِزُّ الْمُؤْمِنِ اِسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ
Kemualiaan seorang mukmin adalah merasa kayanya dia dari manusia. [ Al Baihaqi, Syu’abul Iman, 1/171 ].
Keempat : Hendaknya seseorang memahami bahwa mengumpulkan harta akan melahirkan sifat takut. Takut jika hartanya dicuri, takut jika hartanya terbakar atau mungkin lepasnya harta tersebut dari tangannya. Dan orang kaya akan masuk jannah lebih akhir dari pada orang miskin lima ratus tahun. Yang demikian itu karena orang kaya lebih banyak harta yang dihisab dibandingkan orang miskin.
Kita juga diperintahkan oleh islam untuk melihat orang yang dibawah kita dalam hal harta. Tujuannya adalah menanamkan sifat qona’ah dan sekaligus rasa syukur atas pemberian Allah. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadinya ;
إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي الْمَالِ وَالْخَلْقِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ
Jika salah seorang diantara kalian ingin melihat kepada orang yang diberi kelebihan atasnya harta dan jasad, hendaklah ia melihat yang lebih rendah darinya. [ HR. Bukhori ].
Kelima : Berdo’a pada Allah Ta’ala. Disamping berusaha, tidak lupa kita juga harus berdo’a. Do’a adalah senjata seorang mukmin dalam melawan setan. Oleh karena itu, banyaklah berdo’a pada Allah agar selalu diberi kecukupan. Do’a yang selalu dipanjatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى             
Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan ghina (HR. Muslim no. 2721)
Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan, “”Afaf dan ‘iffah bermakna menjauhkan dan menahan diri dari hal yang tidak diperbolehkan. Sedangkan al ghina adalah hati yang selalu merasa cukup dan tidak butuh pada apa yang ada di sisi manusia.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, 17/41, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobi).  
Dengan amalan-amalan di atas, insyaAllah akan menjadikan kita qona’ah dengan pemberian Allah. Kita harus paham bahwa kesabaran di dunia hanya membutuhkan waktu yang sebentar, sesudah itu kita akan merasakan kenikmatan bertahun-tahun. Hal ini seperti sabarnya seorang yang sakit saat ia tahu bahwa kesembuhan pasti akan dating.
Tidak ada jalan bagi seorang mukmin untuk mendapatkan jannah kecuali dengan zuhud dan qona’ah. Sedangkan karakusan terhadap dunia dan kikir hanya akan membawa seseorang ke neraka. Semoga kita dibimbing Allah Ta’ala menjadi orang yang mendapat dua kebahagiaan dunia dan akhirat dan diberikan bekal qona’ah serta zuhud dalam mengarungi kehidupan ini. [ Amru ]



Meraih Kebahagiaan Dunia Akhirat




Setiap orang pasti menginginkan kehidupannya penuh dengan kebahagiaan. Entah kebahagiaan di dunia maupun diakhirat. Akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak memahami apakah yang dimaksud bahagia itu. Karena tidak pahamnya dengan hal tersebut, ada diantara mereka yang mengumpulkan harta hingga tujuh keturunan. Ada lagi yang meniti karirnya untuk menjadi tokoh dan orang terkenal walau harus menyuap. Dan ada pula yang mencari wanita-wanita cantik untuk memuaskan nafsunya. Akan tetapi mereka tidak akan mendapat kebahagiaan kecuali dengan Islam. Yaitu dengan menjadikan kampung akhirat tujuannya dan menjadikan dunia sebagai ladang beramal untuk akhirat.

 Menurut Ibnu Hazm, seorang ulama Andalusia, berkata : Bahwa manusia seluruhnya sedang menuju ke satu arah yaitu mengusir kegelisahan. Gelisah bodoh, maka belajar, gelisah miskin, dia bekerja, gelisah tidak berperan dalam masyarakat, maka dia mencari jabatan, status sosial dan lain-lain. Namun seluruh upaya tersebut, tidak membawa kebahagiaan, baik ilmu, harta, maupun jabatan. Hanya satu jalan yang dapat membawa kebahagiaan seseorang, yaitu apabila dia menjadikan Islam sebagai Way of Life, dan menjadikan seluruh sepak terjangnya di jalan Allah.

Jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat adalah jalan terjal yang dipenuhi dengan onak dan duri. Sangat disayangkan, karena ketidaksabaran dan mengikuti hawa nafsu membuat kebanyakan manusia enggan menempuh jalan kebahagiaan yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Jalan-jalan kebahagiaan yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul, telah ditinggalkan oleh kebanyakan orang. Mereka lebih senang menempuh kebahagiaan dengan mengikuti para artis, bintang film atau yang lainnya. Mungkin karena ilmu mereka sampai disitu. Tidak paham siapa yang harus mereka tiru.

Harus ditempuh syaratnya
Semua orang menginginkan kebagiaan, tetapi banyak diantara mereka tidak ingin menempuh jalannya. Sungguh ini adalah sesuatu yang mustahil. Dan diantara syarat mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat adalah :

Syarat Pertama : Bertaqwa kepada Allah Ta’ala
Al-Imam An-Nawawi mendefenisikan taqwa dengan, ”Mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.”[ Tahrir Alfazh At-Tanbih hal. 322].
Oleh karena itu, orang yang tak menjaga dirinya dari perbuatan dosa, dan mengabaikan perintah Allah, maka dia bukanlah termasuk orang yang bertaqwa. Padahal, ketaqwaan itu merupakan kunci kebahagiaannya di dunia dan diakhirat. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberi rezki dari arah yang dia tidak sangka-sangka”. [QS. Ath-Thalaq : 2-3].
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, ”Maknanya, barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar serta rezki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas di benaknya.”[Lihat Tafsir Ibnu Katsir (4/400)]
Bahkan Allah Subhana Wa Ta’ala menjanjikan bagi orang-orang yang bertaqwa, akan dilimpahkan berkah dari langit dan bumi sebagaimana firman-Nya,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Jikalau sekiranya penduduk negri-negri itu beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. [ QS. Al-A’raf : 96 ].
Karenanya, setiap orang yang menginginkan kebahagiaan dan keluasan rezki serta kemakmuran hidup, maka hendaknya ia mentaati perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Janganlah mencari kebahagian itu dengan cara yang haram bahkan sampai bersusah payah ke dukun, sebab dukun itu sendiri bersusah payah mencari kebahagiaannya dengan cara menipu manusia.

Syarat Kedua : Bertaubat dan ber-istighfar .
Kebanyakan manusia, menyangka bahwa istighfar dan taubat cukup dengan lisan saja. Sehingga istighfar-nya tidak memberikan pengaruh didalam hati dan anggota badannya. Akhirnya, ia tak jujur dalam taubatnya, dan terus larut dalam dosa.
Para ulama telah menjelaskan hakekat taubat dan istighfar. Diantaranya Al-Imam Ar-Roghib Al-Ashfahani menerangkan, ”Dalam istilah syara’, taubat adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukannya, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan memperbaiki amalan (yang sholeh) dengan cara mengulanginya. Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna”. [Al-Mufrodat fii Ghoribil Qur’an (hal. 83)]
Istighfar dan taubat merupakan sebab-sebab kebahagiaan seseorang dan sebab keluarnya karunia Allah –Ta’ala- dari langit dan bumi. Sebagaimana yang telah diucapkan Nabi Nuh –‘alaihi salam- kepada kaumnya di dalam Al-Qur’an,
 “Maka aku katakan kepada mereka,’mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai, ”[ QS.Nuh :10-12].
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, : ”Maknanya, jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadanya dan kalian senantiasa mentaatinya, niscaya Dia akan membanyakkan rizki kalian dan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, membanyakkan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang didalamnya terdapat berbagai macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai diantara kebun-kebun itu (untuk kalian)”[Tafsir Ibnu Katsir  4/449].

Begitu besar dan banyaknya buah dari istighfar dan taubat berupa kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Bahkan, barangsiapa yang ingin diberi kebahagiaan yang terus menerus, maka hendaklah selalu beristighfar dan bertaubat.
Maka sudah seharusnya seorang muslim senantiasa mengamalkan amalan ini. Sebab dengan melaksanakannya, Allah akan menjamin kebahagiaan dan menganugrahkan kenikmatan yang baik sampai pada waktu yang telah ditentukan.

Syarat Ketiga : Berinfaq di Jalan Allah
Infaq atau sedekah merupakan amal kebaikan yang memiliki kedudukan tinggi didalam islam. Selain sedekah mendekatkan diri seorang hamba kepada Allah  Subhana Wa Ta’ala, ia juga makin mempererat hubungan antara sesama manusia. Sebab, sedekah dapat melapangkan kesempitan, menghentikan dari meminta-minta, membantu orang yang lapar menjadi kenyang, memberikan kegembiraan kepada anak kecil, menyenangkan hati orang dewasa dan menciptakan kebahagiaan ditengah-tengah kaum muslimin.
Begitu banyaknya keutamaan sedekah sehingga ia bisa menjadi perisai dari api neraka. Memang wajar jika sedekah menjadi salah satu jalan menuju kebahagiaan. Banyak dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menunjukkan bahwa orang yang berinfaq di jalan Allah akan diberi ganti oleh Allah di dunia, dan ia akan meraih pahala yang besar di akhirat. Allah – Azza Wa Jalla- berfirman,
 “Dan apa saja yang kamu infaq-kan, maka Allah akan menggantinya. Dan Dialah Pemberi rizki sebaik-baiknya.” [QS. Saba’ : 39].
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Betapapun sedikitnya apa yang kamu infakkan dari apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan apa yang diperbolehkan-Nya, niscaya Dia akan menggantinya untukmu di dunia dan di akhirat engkau akan diberi pahala dan ganjaran”.[Tafsir Ibnu Katsir (3/595)]
Allah berjanji akan menggantikan apa saja yang diinfakkan di jalan-Nya. Sedangkan janji Allah adalah benar, tak ada keraguan di dalamnya. Karenanya, sudah seharusnya kaum muslimin berlomba untuk meraihnya, dan jangan takut dan ragu terhadap janji Allah saat setan menakut-nakutimu dengan kefakiran.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi kabar gembira kepada kaum muslimin agar jangan takut bersedekah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sedekah itu tidak mengurangi harta ; Allah tidak menambahkan kepada seorang hamba karena memberi maaf, kecuali kemuliaan; tidaklah seorang merendah hati karena Allah, kecuali derajatnya akan diangkat oleh Allah”. [HR. muslim]

Inilah beberapa cara untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika kita berpegang teguh dengan amalan-amalan ini, niscaya kita akan bahagia di dunia dan akhirat. Sebab kebaikan adalah dengan berpegang teguh terhadap sesuatu yang disyari’atkan Allah, dan keburukan segala-galanya adalah dengan berpaling dari-Nya. [ Amru ]