Kamis, 01 Maret 2012

INDAHNYA KEBERKAHAN DALAM HIDUP


Sering kita mengucapkan, mendengar dan bahkan berdo'a serta mengharapkan untuk mendapatkan keberkahan. Keberkahan dalam hidup, keberkahan dalam harta, keluarga, usaha, umur, ilmu serta keberkahan dalam setiap apa yang kita lakukan. 
Karena kenginan yang kuat untuk mendapat keberkahan tersebut, kita sering mengucapkan salam kepada saudara kita sesama muslim dengan ucapan " assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh". Yang artinya keselamatan bagi kalian, dan rahmat Allah serta barakahnya. Do'a ini selalu kita ucapkan saat bertemu dan berpisah. Inilah bukti bahwa keberkahan itu adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Bahkan ketika kita mendapatkan kabar tentang lahir seorang bayi, kita juga mendo'akan untuk kedua orang tuanya agar diberi keberkahan pada bayi tersebut. Dan juga saat kita mendatangi walimah pernikahan kita juga mendo'akan dengan do'a keberkahan "barakallahu laka, wabaaraka 'alaika, wajama'a bainakuma fi khoirin". Ini semua membuktikan bahwa keberkahan adalah sesuatu yang kita mohon dalam berbagai aktifitas yang kita lakukan.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, sudahkah kita tahu tentang makna barakah dalam islam ?. Apakah keberkahan hanya diukur dengan kekayaan saja ?. Atau keberkahan hanya diukur dengan kedudukan yang tinggi, anak yang berhasil dan sukses dalam kehidupan dunianya ?.


Bersama tulisan ini saya mengajak saudara-saudaraku untuk sedikit menyelami maksud dan aplikasi dari keberkahan. Dengan harapan, kita dapat merealisasikan keberkahan dalam harta yang berhasil kita peroleh dengan cucuran keringat kita. Sehingga, harta tersebut, benar-benar berguna bagi kita dan juga anak keturunan kita. Bukan hanya di dunia, akan tetapi keberkahan harta kita dapat kita rasakan hingga kehidupan di akhirat kelak. 
Makna keberkahan
Secara ilmu bahasa, “al-barakah” berarti “Berkembang, bertambah dan kebahagiaan.” (Al-Misbah al-Munir oleh al-Faiyyumy 1/45, al-Qamus al-Muhith oleh al-Fairuz Abadi 2/1236, dan Lisanul Arab oleh Ibnu Manzhur 10/395).
Artinya jika hartanya barokah, ia akan bertambah dan berkembang. Jika rumahnya barakah, penghuninya akan lapang dan tentram, jika itu keberkahan pada makanan, cukup dan nikmatnya makanan tersebut. Dan jika keberkahan pada anak, adalah baiknya akhlaq dan pendidikan mereka, jika keberkahan turun pada kerabat, adanya kefahaman dan ikatan yang kuat. Dan jika keberkahan terdapat pada waktu, bermanfaatnya waktu tersebut untuk ketaatan. Dan jika keberkahan terjadi pada kesehatan kita, adanya badan yang tidak merasakan sakit. Dan jika keberkahan terjadi umur kita, adalah panjangnya umur tersebut serta dipenuhi dengan amal. Serta keberkahan pada ilmu, adalah dengan mengamalkan dan mendakwahkannya. Ringkasnya, barakah adalah kumpulan-kumpulan kebaikan dan banyaknya kenikmatan terhadap seseorang.
Imam an-Nawawi berkata, “Asal makna keberkahan ialah kebaikan yang banyak dan abadi.” (Syarah Shahih Muslim oleh an-Nawawi, 1/225).
Walau demikian, kebaikan dan perkembangan tersebut tidak boleh hanya dipahami dalam wujud yang riil, yaitu jumlah harta yang senantiasa bertambah dan berlipat ganda. Kebaikan dan perkembangan harta, dapat saja terwujud dengan berlipat gandannya kegunaan harta tersebut, walaupun jumlahnya tidak bertambah banyak atau tidak berlipat ganda.
Misalnya, mungkin saja seseorang yang hanya memiliki sedikit dari harta benda, akan tetapi karena harta itu penuh dengan keberkahan, maka ia terhindar dari berbagai mara bahaya, penyakit, dan tenteram hidupnya. Dan sebaliknya, bisa saja seseorang yang hartanya melimpah ruah, akan tetapi karena tidak diberkahi Allah, hartanya tersebut menjadi sumber bencana, penyakit, dan bahkan mungkin ia tidak dapat memanfaat harta tersebut.
Keberkahan yang disebut dalam al qur'an dan as sunnah

Untuk sedikit mengetahui tentang keberkahan yang dikisahkan dalam al-Qur’an, dan as-Sunnah, maka saya mengajak pembaca untuk bersama-sama merenungkan beberapa dalil berikut:
1. Dalil Pertama
]بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
"(Negerimu adalah) negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun." (Qs. Saba': 15).
Demikianlah Allah Ta'ala menyimpulkan kisah bangsa Saba', suatu negeri yang tatkala penduduknya beriman dan beramal shaleh, penuh dengan keberkahan. Sampai-sampai ulama ahli tafsir mengisahkan, bahwa dahulu wanita kaum Saba' tidak perlu untuk memanen buah-buahan kebun mereka. Untuk mengambil hasil kebunnya, mereka cukup membawa keranjang di atas kepalanya, lalu melintas dikebunnya, maka buah-buahan yang telah masak dan berjatuhan sudah dapat memenuhi keranjangnya, tanpa harus bersusah-payah memetik atau mendatangkan pekerja yang memanennya.
Sebagian ulama lain juga menyebutkan, bahwa dahulu di negeri Saba' tidak ada lalat, nyamuk, kutu, atau serangga lainnya, yang demikian itu berkat udaranya yang bagus, cuacanya yang bersih, dan berkat kerahmatan Allah yang senantiasa meliputi mereka (Tafsir Ibnu Katsir, 3/531).
2. Dalil Kedua
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang berbagai kejadian yang mendahului kebangkitan hari Kiamat, beliau bersabda,
يُقَالُ لِلأَرْضِ أَنْبِتِى ثَمَرَتَكِ وَرُدِّى بَرَكَتَكِ. فَيَوْمَئِذٍ تَأْكُلُ الْعِصَابَةُ مِنَ الرُّمَّانَةِ وَيَسْتَظِلُّونَ بِقِحْفِهَا وَيُبَارَكُ فِى الرِّسْلِ حَتَّى أَنَّ اللِّقْحَةَ مِنَ الإِبِلِ لَتَكْفِى الْفِئَامَ مِنَ النَّاسِ وَاللِّقْحَةَ مِنَ الْبَقَرِ لَتَكْفِى الْقَبِيلَةَ مِنَ النَّاسِ وَاللِّقْحَةَ مِنَ الْغَنَمِ لَتَكْفِى الْفَخِذَ مِنَ النَّاسِ
"Akan diperintahkan (oleh Allah) kepada bumi: tumbuhkanlah buah-buahanmu, dan kembalikan keberkahanmu, maka pada masa itu, sekelompok orang akan merasa cukup (menjadi kenyang) dengan memakan satu buah delima, dan mereka dapat berteduh dibawah kulitnya. Dan air susu diberkahi, sampai-sampai sekali peras seekor unta dapat mencukupi banyak orang, dan sekali peras susu seekor sapi dapat mencukupi manusia satu kabilah, dan sekali peras, susu seekor domba dapat mencukupi satu cabang kabilah." (HR. Imam Muslim).
Demikianlah ketika rizeki diberkahi Allah, sehingga rizeki yang sedikit jumlahnya, akan tetapi kemanfaatannya sangat banyak, sampai-sampai satu buah delima dapat mengenyangkan segerombol orang, dan susu hasil perasan seekor sapi dapat mencukupi kebutuhan orang satu kabilah.
Ibnu Qayyim berkata, "Tidaklah kelapangan rizeki dan amalan diukur dengan jumlahnya yang banyak, tidaklah panjang umur dilihat dari bulan dan tahunnya yang berjumlah banyak. Akan tetapi, kelapangan rizeki dan umur diukur dengan keberkahannya." (Al-Jawabul Kafi karya Ibnu Qayyim, 56).
Hal yang serupa juga pernah dialami pada masa-masa ke emasan islam. Yaitu saat keadilan dan hukum-hukum islam ditegakkan. Hal tersebut sebagaimana disebutkan imam Ibnul Qayyim rahimahullah, "Sungguh, dahulu biji-bijian, baik gandum atau lainnya lebih besar dibanding yang ada sekarang, sebagaimana keberkahan yang ada padanya (biji-bijian kala itu-pen) lebih banyak. Imam Ahmad telah meriwayatkan melalui jalur sanadnya, bahwa telah ditemukan di gudang sebagian khalifah Bani Umawiyyah sekantung gandum yang biji-bijinya sebesar biji kurma, dan bertuliskan pada kantung luarnya: ‘Ini adalah gandum hasil panen masa keadilan ditegakkan.’" (Zaadul Ma'ad oleh Ibnul Qayyim, 4 / 363 dan Musnad Imam Ahmad bin Hambal, 2/296).
Seusai kita membaca hadits dan keterangan Imam Ibnul Qayyim di atas, kemudian kita berusaha mencocokkannya dengan diri kita, niscaya yang kita dapatkan adalah kebalikannya, yaitu makanan yang semestinya mencukupi beberapa orang tidak cukup untuk mengenyangkan satu orang, berbiji-biji buah delima hanya mencukupi satu orang.
3. Dalil Ketiga
عن عُرْوَةَ بن أبي الجعد البارقي رضي الله عنه أَنَّ النبي صلّى الله عليه وسلّم أَعْطَاهُ دِينَارًا يَشْتَرِي له بِهِ شَاةً فَاشْتَرَى له بِهِ شَاتَيْنِ فَبَاعَ إِحْدَاهُمَا بِدِينَارٍ وَجَاءَهُ بِدِينَارٍ وَشَاةٍ فَدَعَا له بِالْبَرَكَةِ في بَيْعِهِ. وكان لو اشْتَرَى التُّرَابَ لَرَبِحَ فيه. رواه البخاري
"Dari sahabat Urwah bin Abil Jaed Al Bariqy radhillahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberinya uang satu dinar agar ia membelikan seekor kambing untuk beliau, maka sahabat Urwah dengan uang itu membeli dua ekor kambing, lalu menjual salah satunya seharga satu dinar. Dan iapun datang menghadap Nabi dengan membawa uang satu dinar dan seekor kambing. Kemudian Nabi mendoakannya agar mendapatkan keberkahan dalam perniagaannya. Sehingga andaikata ia membeli debu, niscaya ia akan mendapatkan keuntungan padanya." (HR. al-Bukhary).
Demikianlah sedikit gambaran tentang peranan keberkahan pada usaha, penghasilan, dan kehidupan manusia, yang digambarkan dalam al-Qur'an dan al-Hadits. Yang menjadi pertanyaan, sudahkah diri kita, keluarga dan bangsa kita telah mendapatkan keberkahan tersebut ?. Atau sebaliknya, jauhnya keberkahan diberbagai lini kehidupan ?. Kita mohon pada Allah Ta'ala untuk memberikan keberkahan pada setiap apa saja yang kita lakukan, dan dituntun untuk menapaki jalan-jalan keberkahan tersebut. [ Amru ].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar