Add caption |
Ù„ِÙŠَÙƒُÙ†ْ زَادُ Ø£َØَدِÙƒُÙ…ْ Ù…ِÙ†َ الدُّÙ†ْÙŠَا Ùƒَزَادِ الرَّاكِبِ
Cukuplah
bekal salah seorang dari kalian sebagaimana (bekal) orang yang hendak
bepergian.
Dan
menurutku aku telah melampaui batas. Adapun kamu wahai Sa'ad, takutlah kamu
kepada Allah dalam setiap keputusanmu ketika kamu memutuskan suatu hukum, atau
dalam pembagianmu saat kamu membagikan, dan dalam keinginanmu ketika kamu
berkeinginan."
Tsabit
berkata, "Telah sampai berita kepadaku bahwa ketika meninggal dunia, dia
hanya meninggalkan dua puluh dirham [ atau Rp.49.250 ] dari harta yang ia
miliki." (Shahih Ibnu Majah)
Itulah
sepenggal kisah seorang sahabat Rasulullah sallallahu alaihi wasallam yaitu
Salaman al Farisi. Yang mudah menangis karena mengingat pesan Rasulullah
sallallahu alaihi wasallam. Dan masih banyak lagi cerita dari para sahabat radhiyallahu
'anhum yang semisal dengannya.
Yang
menjadi pertanyaan adalah, betapa kerasnya hati kita. Betapa lemahnya kekuatan
kita untuk bisa mengikuti para salafus shalih dalam menangis karena Allah
Ta'ala. Betapa mudahnya mereka meneteskan air mata karena dosa, rindu, rasa
harap, cemas sehingga tidak perlu lagi bagi mereka kiat-kiat untuk menangis.
Karena
bersihnya hati sehingga mereka mendapatkan manisnya iman yang membuahkan air
mata ketundukan pada Allah Ta'ala. Dan karena keimanan itulah mereka
mendapatkan jannah di dunia sebelum mendapatkan jannah di akhirat, yaitu saat
mata dapat menetes karena Allah Ta'ala.
Seorang
salaf berkata : "Orang-orang yang patut dikasihani adalah orang yang
meninggalkan dunia ini tanpa merasakan manisnya hidup di dunia dan tidak pula
mendapatkan hal yang paling baik di dalamnya." Maksudnya adalah manisnya
iman.
Akan
tetapi orang-orang seperti kita masih harus mencari sebab-sebab yang akan
menjadikan kita bisa menangis karena Allah Ta'ala. Kati masih mencari berbagai
penawar yang dapat mengobati penyakit yang telah menggerogoti hati kita.
Tips
melembutkan hati
Diantara
tips untuk melembutkan hati agar mudah menangis karena Allah adalah ;
Pertama
: Taqwa pada Allah serta menjaga keikhlasan dalam beramal. Jika seseorang berusaha
untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, Allah Ta'ala pasti akan
menuntunnya pada kebersihan hati sehingga mudah untuk menangis. Allah akan
memilihkan segala sesuatu yang terbaik untuk kita.
Allah
Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
ÙˆَاتَّÙ‚ُوا اللَّÙ‡َ
ÙˆَÙŠُعَÙ„ِّÙ…ُÙƒُÙ…ُ اللَّÙ‡ُ ÙˆَاللَّÙ‡ُ بِÙƒُÙ„ِّ Ø´َÙŠْØ¡ٍ عَÙ„ِيمٌ
Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu. (QS Al-Baqarah [2] : 282)
Disebutkan
dalam Ruh al-Ma’ani: “Bertakwalah kepada Allah” pada apa yang telah
diperintahkan kepadamu untuk dikerjakan dan apa yang dilarang engkau darinya.
Dan “Allah mengajarmu” hukum-hukum-Nya, yang mengandung urusan terbaikmu, Dan
menangis adalah diantaranya.
Kedua
: Belajar ilmu syar'i.
Seseorang yang mempelajari ilmu syar'i dengan ikhlas pasti akan Allah berikan
rasa khosyah [ rasa takut ] di
dalam hatinya. Semakin dalam ilmu yang ia miliki, akan semakin kuat pula rasa
takutnya pada Allah Ta'ala. Di dalam alqur'an disebutkan ;
Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. [ Qs. Fathir : 28 ].
Ibnu
Katsir berkata : “Yaitu : orang-orang yang takut kepada-Nya dengan
sebenar-benarnya hanyalah para ulama yang mengenal-Nya. Karena, setiap kali
pengetahuan tentang Allah Yang Maha Agung, Maha Kuasa, dan Maha Mengetahui
serta memiliki sifat-sifat yang sempurna dan nama-nama-Nya yang baik; semakin
sempurna dan semakin lengkap, maka setiap kali itu pula rasa takut semakin
besar dan semakin banyak. [ Tafsir Ibnu Kasir pada ayat tersebut ].
Maka
barang siapa yang dianugerahi ilmu agama, akan tetapi tidak dapat membuatnya
tambah takut dan mudah menangis karena Allah, berarti ia telah diberikan ilmu
yang tidak bermanfaat baginya. Banyaknya ayat dan hadist yang dihafal hanya
sebagai konsumsi otak tidak samapai kehati dan merembet ke matanya. Ayat dan
hadis yang ia hafal hanya digunakan untuk menceramahi orang lain, sementara ia
dalam kegersangan jiwa dan jauh dari penciptanya.
Masruq
berkata : ‘Cukuplah rasa takut kepada Allah disebut sebagai ilmu, dan cukuplah
durhaka kepada Allah disebut sebagai kebodohan’. Dan seorang laki-laki pernah
berkata kepada Asy-Sya’biy : ‘Berilah aku fatwa wahai ‘aalim’. Maka ia
(Asy-Sya’biy) berkata : ‘Seorang ‘alim itu hanyalah orang yang takut kepada
Allah ‘azza wa jalla” [Tafsir Al-Baghawiy, 6/419, tahqiq & takhrij :
Muhammad bin ‘Abdillah bin An-Namr dkk; Daaruth-Thayyibah, Cet. 4/1417 H].
Ketiga
: Memandang Dunia tidak Berharga dan tidak Berarti dan Menolaknya. Sesungguhnya cinta kepada
dunia ini adalah sebab mengerasnya hati dan mengalihkan seseorang dari jalan
Allah. Menahan diri dan menolak perkara dunia akan melembutkan hati,
meningkatkan rasa khusyu’ dan
menyebabkan mata menangis.
Maka
berhati-hatilah merasa terlalu nyaman dengan dunia. Kita harus menganggapnya
tidak berarti dibandingkan akhirat semampunya.
Pembaca
yang dirahmati Allah. Renungkanlah petunjuk Nabi sallallahu alaihi wasallam
ketika menolak dunia. Renungkanlah kesulitan beliau dan kerasnya gaya hidup yang
dialaminya berkenaan dengan makanan, minuman, pakaian dan perabotan.
Diriwaytkan
dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa:
"Semenjak
tiba di Madinah, keluarga Muhammad tidak pernah merasa kenyang dari makanan
gandum hingga tiga malam berturut-turut sampai beliau meninggal." (HR Bukhari Muslim)
Abdullah
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa:
“Rasulullah
sallallahu alaihi wasallam memegang pundakku dan berkata, “Hiduplah di
dunia ini seperti orang asing yang atau seorang pelintas.” Ibnu Umar berkata,
“Jika engkau hidup hingga malam jangan menunggu pagi hari. Dan jika engkau
hidup sampai pagi hari, jangan menunggu sore hari Gunakanlah kesehatanmu untuk
sakitmu dan kehidupanmu untuk kematian-mu.” (HR Bukhari).
Maka
bersegeralah wahai sadara saudariku, hidup bagaikan seorang asing atau pelintas
jalan dalam tingkah laku, adab, makanan, minuman, rumah, dan segala sesuatu
yang mampu anda lakukan. Kita harus memperhatikan dan menunggu tempat kediaman
kita yang sesungguhnya (Surga). Olehkarena itu hendaknya kita tidak menunggu
akan hidup hingga pagi hari jika kita hidup di malam hari dan demikian juga
kita tidak menunggu untuk hidup hingga malam jika kita hidup di pagi hari.
Karenanya kita tidak boleh meninggalkan taubat, kembali kepada Allah dan
memenuhi hak-hak-Nya yang dibebankan kepada kita atau bahkan melakukan amal
kebajikan.
Kita
harus mengarahkan diri kita (dalam keseharian) seolah kita dapat melihat Hari
Kiamat dengan mata kepala sendiri. Kita harus me-manfaatkan kesehatan kita
sebelum sakitnya dan memanfaatkan kesehatan kita dalam menegerjakan amal
ketaatan sebagaimana menjadikan yang terbaik bagi hidup kita sehingga, kita
dapat diselamatkan dari kengerian saat kematian. Apakah orang asing yang jauh
dari negeri, keluarga, anak-anak dan kaum dan kerabatnya akan bersungguh-sungguh
membangun istana di negeri asing? Atau apakah seorang pelintas jalan tinggal di
jalan buntu?
Dan
kita adalah orang asing di dunia ini, jauh dari rumah di Surga, jauh dari
pasangan hidup dan anak-anak kita di sana. Dan itu hanya untuk
penghuni surga, jika kita adalah penduduk Surga. Dan bagaimana jika kita
bukanlah dari penduduk Surga, tidak ada keluarga tidak juga anak-anak, namun
yang menunggumu adalah azab dan keburukan ghaib yang menunggu ?.
Maka
berhati-hatilah dari kehidpan yang penuh dengan kemudahan dan kesenangan,
sebagaimana Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Waspadalah
dari kehiduupan yang penuh dengan kesenangan, karena sesungguhnya hamba-hamba
Allah yang sebenarnya bukanlah orang-orang yang hidup dalam kesenangan.” (HR
Ahmad, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah)
Masih
banyak tips agar kita menangis karena takut pada Allah Ta'ala. Tetapi dengan
tiga hal di atas jika kita berusaha untuk melaksanakannya, insya Allah kita
akan dijadikan hamba-Nya yang senantiasa menangis karena dosa, harapan,
kerinduan dan perasaan-perasaan lainnya. Kita berlindung pada Allah Ta'ala dari
ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tak khusuk, dan amalan yang tidak
diangkat, serta doa yang tak didengar. [ Amru ].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar