Kamis, 09 Juni 2011

Bagaimana Anda Mendapatkan Ilmu ?


Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Karena benar dan lurusnya aqidah serta ibadah seseorang sangat tergantung pada ilmunya. Sebagaimana dalam hadist Rasulullah sallallahu alaihi wasallam beliau bersabda :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim [ HR. Ibnu Majah ].
Seseorang muslimpun wajib mempelajari setiap ilmu yang ibadah serta aqidah seseorang tidak akan lurus kecuali dengan ilmu tersebut. Bahkan islam memasukkan perbuatan kufur bagi orang-orang yang sengaja berpaling dari islam dengan tidak mau mempelajarinya dan mengamalkannya. Allah Ta’ala berfirman :
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنتَقِمُونَ
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. [ QS. As Sajdah : 22 ].
Syaikh Sulaiman bin Nashir al ‘Ulwan berkata : yang dimaksud dengan berpaling yang menyebabkan batalnya islam seseorang adalah berpaling dari mempelajari pokok-pokok din Islam yang menyebabkan ia menjadi seorang muslim. Walaupun ia bodoh terhadap hal-hal yang rinci atau cabang, karena hal yang  tersebut kadang hanya diketahui oleh para ulama’ dan pencari ilmu. [ At Tibyan Syarkh Nawaqidhul islam, pembatal ke 10 ].
Inilah perintah islam terhadap para pengikutnya untuk mendalami ilmu agama. Bisa jadi berbagai kesempitan hidup dan bencana yang menimpa diri dan masyarakat kita disebabkan bodohnya kita terhadap ilmu-ilmu agama serta tidak mau mengamalkannya dalam kehidupan. Bersamaan dengan itu, masyarakat kita silau terhadap peradaban barat yang notabenenya jauh dari tuntunan agama islam.
Cara mendapatkan ilmu
Terus, bagaimana cara mendapatkan ilmu yang bermanfaat ?. apakah hanya dengan melamun dan bermalas-malas ?. Tentunya tidak. Karena ilmu didapat hanya dengan belajar, ketekunan, kecerdasan dan bahkan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Lihatlah pada para ulama’ terkenal pada masa dahulu !. Mereka tidak begitu saja menjadi seorang ulama. Tetapi harus belajar kepada banyak guru dan menelaah kitab-kitab mereka. Kemudian setelah waktu yang lama, barulah Allah memberikan kepada mereka ilmu agama ini sehingga menjadi penuntun ummat dan cahayanya.
Metode mencari ilmu itu hanya ada dua. Pertama dengan mengkaji ilmu dari para ulama’ yang lurus langsung dari lesan mereka. Dan yang kedua adalah dengan menelaah kitab-kitab para ulama’ yang sudah dikenal dikalangan ummat ini. Begitulah cara yang ditempuh oleh para penuntut ilmu dalam mendapatkan ilmunya. Sedangkan rinciannya adalah sebagai berikut ;
Pertama : mencari ilmu dengan mengambilnya dari para ulama’ secara langsung. Islam yang mulia ini pertama kali diajarkan oleh Allah Ta’ala kepada nabi sallallahu alaihi wasallam lewat Jibril ‘alaihis salam. Kemudian Rasulullallah sallallahu alaihi wasallam ajarkan kepada para sahabat radhiyallallahu ‘anhum. Dan para sahabat menyampaikan ilmu ini kepada para tabi’in dan seterusnya. Hingga ilmu islam ini menyebar dari generasi ke generasi melalui pengajaran. maka bersambunglah sanad kaum muslimin ini sampai pada Rasulullah sallallahu alaihi wasallam.
Dalil bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mendapatkan ilmu dari jibril adalah firman Allah Ta’ala :
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى (1) مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (2) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4) عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى
Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. [ QS. An Najm : 1-5 ].
Ibnu katsir berkata : Allah Ta’ala mengabarkan tentang hamba dan rasul-Nya sallallahu alaihi wasallam bahwasanya Ia mengajarkan pada Rasulullallah yang ia datang dengannya kepada manusia “ syadidul quwa” yaitu jibril ‘alaihis salam. [ Tafsir Ibnu Katsir 4/247 ]
Sedangkan dalil bahwasanya para sahabat belajar dari Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah :
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. [ QS. Ali Imran : 164 ].
inilah metode yang paling baik dalam belajar. Bahkan munculnya gerakan gerakan sesat hari ini disebabkan mereka tidak mempelajari ilmu agama ini dari ahlinya. Mereka belajar hanya dari buku. Sementara tidak ada pembimbing yang mengarahkan tentang buku apa saja yang harus dibaca atau harus dijauhi. Mana yang lebih kuat diantara dua pendapat. Serta bagaimana ia harus berakhlaq dengan akhlaq para ulama’ yang mulia. Semua ini hanya didapatkan ketika seseorang belajar kepada seorang syaikh atau ulama’ yang telah mapan ilmunya.
Yang paling diperhatikan oleh penuntut ilmu dalam tahapan ini adalah berusaha mencari seorang ulama’ shalih yang pantas untuk dijadikan guru. Jangan sembarangan memilih guru, karena ia akan mempengaruhi ilmu dan akhlaq kita. Dan jangan hanya belajar pada satu guru. Karena kita akan mendapatkan berbagai kelebihan dari beberapa guru, ketika kita belajar pada banyak guru.
Metode kedua adalah dengan menelaah kitab-kitab para ulama’. Ketika kita tidak bisa lagi untuk belajar pada para ulama’ dan para syaikh secara langsung, maka diperbolehkan bagi kita untuk mempelajari kitab-kitab yang disandarkan pada mereka. Dengan syarat bahwa buku-buku yang kita baca tersebut disandarkan pada para ulama’ yang lurus aqidahnya.
Tidak bisanya kita untuk belajar langsung pada mereka, bisa jadi disebabkan karena jauhnya jarak antara kita dan mereka. Atau memang karena minimnya para ulama’ yang amanah terhadap ilmunya dan pantas untuk dijadikan sebagi rujukan ummat. Lebih lagi para ulama’ yang berbicara tentang berbagai problem ummat dengan lantang. Dan bisa jadi karena memang kita tidak hidup sezaman dengan mereka. Semua inilah yang menyebabkan seseorang terpaksa belajar dari kitab-kitab para ulama’ saja dan terhalang untuk bertemu langsung dengan mereka.
Walau demikian, tetap ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pencari ilmu ketika mereka mulai belajar dari beberapa buku, diantaranya ;
-          Janganlah seseorang merasa cukup hanya dengan membaca buku. Sementara di depannya terbuka lebar pintu untuk belajar kepada para ulama’. Ingatlah bahwa asal dalam mendapatkan ilmu itu adalah belajar pada ahlinya.
-          Selanjutnya, ia harus memilih buku-buku yang bermanfaat dari berbagai bidang ilmu. Karena salahnya seseorang dalam memilih buku akan menyebabkan kerugian dunia dan akhirat. Sebaliknya, ketepatan dalam memilih akan membawanya pada lurusnya pemikiran dan selarasnya ia dengan kebenaran.
-          Setelah dia mencari buku-buku yang bermanfaat, hal yang harus diperhatikan selanjutnya adalah mencari pembimbing dari para ulama’ atau pada orang-orang yang lebih faham terhadap agama ini. Karena bisa jadi banyak istilah yang tidak kita pahami, atau beberapa permasalahan yang janggal sehingga membutuhkan orang yang lebih paham untuk ditanyai.
Imam As Syatibi berkata : Ilmu ini pada mulanya ada pada dada-dada para pemiliknya [ulama’]. Kemudian berpindah ke buku. Dan pembukanya adalah ditangan para ulama’. Sedangkan buku saja tidak bermanfaat bagi seseorang tanpa membukanya dengan bimbingan para ulama’. [ Al Muwafaqot : 1/97 ].
Demikianlah cara yang harus dilalui oleh para pencari ilmu. Kunci dari semua itu adalah sabar. Jika seseorang bersabar dalam mengkaji kitab-kitab para ulama’ dengan bimbingan seorang ustadz atau ‘alim, pasti Allah Ta’ala akan memberikan ilmu diin ini pada kita. Sebaliknya, jika kita malas dan tidak sabar menembuh berbagai kesulitan dalam mencari ilmu, maka ilmu diin ini tidak kita dapatkan kecuali sedikit. [ Amru ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar