Kamis, 09 Juni 2011

SIFAT SEORANG PENUNTUT ILMU


Rajinnya para penuntut ilmu untuk mendatangi majlis-majlis ilmu dan kajian keislaman adalah sebuah kemestian. Bahkan melahap kitab-kitab para ulama’ dan mengkajinya lewat bimbingan para ustadz juga harus dilakukan. Semua itu adalah sebuah cara untuk mendapatkan ilmu dan menata hati kita agar senantiasa dekat dengan Allah Ta’ala.

Disamping itu, kita juga harus memahami hal-hal yang menjadikan ilmu kita menjadi barakah. Karena keberkahan adalah sesuatu yang amat penting dalam menuntut ilmu. Betapa banyak kita saksikan seseorang yang rajin menuntut ilmu, akan tetapi tidak ada pengaruh dan peningkatan sedikitpun terhadap ibadah dan amalannya. Bisa jadi dalam satu pekan ia mengahadiri 3 atau bahkan 4 majlis.tetapi majlis tersebut hanya sebagai hiburan hati dari kesempitan dan kerupekan hidup yang sedang ia jalani. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ عِلْمُهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam : Manusia yang paling berat adzabnya pada hari kiamat adalah seorang ‘alim yang tidak bermanfaat bagi orang tersebut ilmunya. [ Mu’jamus shaghir At Tabrani ].
Inilah ancaman dari Rasulullah sallallahu alaihi wasallam kepada orang yang ilmunya tidak berkah. Tidak menambah kebaikan pada aqidahnya, ibadahnya, akhlaq dan tingkah lakunya. Karena memang seharusnya ilmu agama itu akan membentuk pemikiran, hati dan anggota badanya. Jika hal tersebut tidak dia dapatkan, pasti karena ketidak berkahan seseorang dalam mendapatkan ilmu.

Tips agar ilmu barakah
Diantara perkara yang harus diperhatikan dan betul-betul dia pegangi sehingga menjadikan seorang pencari ilmu mendapatkan keberkahan tersebut adalah : 

Pertama : Ikhlas. Yaitu mengikhlaskan seluruh niatnya hanya kepada Allah Ta’ala ketika mencari ilmu. Karena dengan keihklasan akan muncul barakah pada ilmu dan amal seseorang. Disamping itu, ikhlas adalah syarat diterimanya amal kita dalam menuntut ilmu.

Sudah seharusnya seorang  penuntut ilmu membersihkan niatnya hanya untuk mendapatkan ketenaran di hadapan manusia. Atau untuk mendebat orang-orang yang berbeda pendapat dengannya. Atau dengan niatan agar disebut seorang yang berilmu dan dengan mudah mendapat berbagai kenikmatan dunia. Inilah yang menjadikan ketidak berkahan ilmu. Dan hal inilah yang menjadikan hilangnya kemanfaatan dari ilmu diin ini.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda :

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa mencari ilmu yang seharusnya ditujukan untuk mencari ridla Allah, hanya saja dia mempelajarinya semata-mata untuk mendapatkan bagian di dunia maka dia tidak mendapatkan bau syurga di hari kiamat”. [ HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban].

Kedua : do’a. do’a adalah senjata yang ampuh bagi seorang mukmin. Ia juga sebagi penguat jiwa agar senantiasa tegar dan istiqomah terhadap jalan yang sedang ia tempuh. Adalah para salafus shalih jika mereka sedang ada masalah, segeralah mereka bersujud dan berdo’a. 

Diantara do’a yang diajarkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah :
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ فِي حَدِيثِهِ عَمَّنْ سَمِعَ أُمَّ سَلَمَةَ تُحَدِّثُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ الْفَجْرِ إِذَا صَلَّى اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا وَرِزْقًا طَيِّبًا
Dari Ummu Salamah, berkata Abdurrahman pada hadistnya bahwasanya ia mendengar Ummu Salamah berkata : Bahwasanya nabi sallallahu alaihi wasallam mengucapkan pada saat selesai shalat subuh "Ya Allah, aku mohon kepadamu ilmu yang bermanfaat, amalan yang diterima olehMU, dan  rezeki yang halal dan baik. [ HR. Ahmad, Ibnu Majah ].

Ketiga : Taqwa pada Allah Ta’ala. Secara ringkas taqwa adalah menjaga kemurkaan Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Banyak dan beratnya berbagai permasalahan akan terselesaikan dengan taqwa. Sebaliknya, dosa dan maksiat akan menjadikan hati hitam hingga sulit untuk menerima ilmu. Banyaknya hafalan seseorang, rajinnya menghadiri majlis-majlis pengajian tidak akan bermanfaat bagi  jika hatinya kotor.  Ibarat hati itu adalah tempatnya ilmu, maka jika hati rusak tidak akan bermanfaat ilmu yang ia dapatkan. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadist :
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sesungguhnya seorang hamba apabila ia melakukan sebuah dosa akan tergoreslah sebuah titik hitam di hatinya. Jika ia beristighfar dan menarik hatinya, hatinya akan kembali putih. Sebaliknya, jika ia kembali berbuat dosa maka akan kembali pula titik hitam itu (dan akan semakin banyak kadarnya). Itulah roon (belenggu) yang Allah sebutkan “ Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka”. [ HR. At Turmudzi ].

Bagaimana ia akan mendapat keberkahan ilmu, jika ia tidak meninggalkan dosa-dosa dan berbuat kebaikan. Dan bagaimana ia mendapatkan kebahagiaan dengan ilmu diin ini, jika amalannya tidak sesuai dengan ilmunya ?.

Keempat : mendapat rizqi yang halal. Sudah seharusnya bagi para pencari ilmu untuk mencari penghasilan yang halal. Dan tidak memasukkan makanan kedalam badannya kecuali yang halal. Karena jasad yang mendapat gizi dari makanan yang haram, serta daging yang tumbuh dari yang haram tidak pantas untuk mendapatkan ilmu diin yang mulia ini.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda :
لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ منْ سُحْتٍ
Tidak masuk jannah daging yang tumbuh dari yang haram. [ HR. Ibnu Hibban, dalam shahih At Targhib 1728 ].

Jika Allah mengancam dengan neraka, bagaimana mungkin Allah memberikan keberkahan pada ilmu yang kita pelajari. Kita berlindung pada Allah Ta’ala dari harta yang haram dan dari ketidak berkahan ilmu kita.

Kelima : bersikap tawadhu’ terhadap ilmu dan para ahlinya. Ilmu tidak akan didapat oleh seseorang yang sombong dengan merasa paling tinggi di hadapan manusia. Berapa banyak seseorang yang tidak mendapatkan berbagai ilmu dikarenakan perasaan sombongnya. Bahkan ia tidak mau untuk mendengarkan dan mengkaji ilmu diin dengan para ustadz atau masyayih. Tidak sedikit diantara mereka yang menolak beberapa ilmu karena tidak sesuai dengan kelompoknya atau dirinya sendiri. Padahal dalil datang pada dirinya dengan terang dan jelas.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda :

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَتَعَلَّمُوْنَ فِيْهِ الْقُرْآنَ، يَتَعَلَّمُوْنَهُ وَيَقْرَؤُوْنَهُ، ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ: قَدْ قَرَأْنَا وَعَلِمْنَا، فَمَنْ ذَا الَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ مِنَّا؟! فَهَلْ فِي أُولَئِكَ مِنْ خَيْرٍ؟ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أُوْلَئِكَ ؟ قَالَ: أُوْلَئِكَ مِنْكُمْ، وَأُوْلَئِكَ هُمْ وَقُوْدُ النَّارِ
Akan datang pada manusia suatu zaman yang mereka belajar al qur’an, mereka pelajari dan mereka baca. Kemudian mereka berkata : Kita telah membaca dan mengetahuinya. Maka siapakah yang lebih baik dari kita ?. apakah pada mereka itu ada kebaikan ?. para sahabat berkata : Ya Rasulullah, siapakah mereka itu ?. beliau menjawab : Mereka itu dari kalian. Dan mereka itu bahan bakarnya neraka. [ HR. At Tabrani, shahih At Targhib 133 ].

Betapa banyak mereka-mereka itu pada zaman kita sekarang. Yaitu orang-orang yang mencari ilmu untuk berbangga bangga. Kami telah belajar pada syaikh fulan dan fulan dan sudah mendapatkan ijazah. Maka kamilah yang berhak untuk menyampaikan kitab ini dan itu. Sedang orang selain kami tidak berhak.

Ada juga yang mencari ilmu diin hanya untuk mendebat orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka. Dicetaklah buku-buku dan diperbanyaklah kaset-kaset untuk menghantam setiap pemikiran yang berbeda dengan mereka. Seakan-akan mereka dalam sebuah pertempuran antara hidup dan mati.

Diantara tawadhu’nya seseorang terhadap ilmu dan ahlul ilmi adalah menerima kebenaran dari siapapun dan dari manapun selam ia seorang muslim. Dan kesombongan adalah menolak kebenaran serta meremehkan manusia. Apakah masih ada sifat tersebut pada diri anda ?. semoga Allah menjaga kita dari sifat-sifat yang tercela dan memberikan pada kita sifat-sifat yang mulia. Karena hanya dengan itulah keberkahan ilmu akan kita dapatkan. [ Amru ].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar