Sabtu, 10 Desember 2011

HATI-HATILAH DARI SIFAT TAMAK


Tamak terhadap dunia adalah sumber kemiskinan. Sedangkan qona’ah adalah kekayaan yang tak ternilaikan. Ingat bahwa orang yang miskin bukanlah orang yang kekurangan harta benda. Akan tetapi kemiskinan yang sebenarnya adalah orang yang tidak pernah kenyang dengan harta dunia. Ia cari siang dan malam, tidak menghiraukan halal dan haram, dan bahkan ia persembahkan hidupnya untuk mencari harta dan harta.
Gambaran ini persis sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ مِثْلَ وَادٍ مَالاً لأَحَبَّ أَنَّ لَهُ إِلَيْهِ مِثْلَهُ ، وَلاَ يَمْلأُ عَيْنَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

“Seandainya manusia memiliki lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan harta yang banyak semisal itu pula. Mata manusia barulah penuh jika diisi dengan tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6437)
Kejahatan-kejahatan yang terjadi di dunia ini hampir seluruhnya disebabkan oleh ketamakan. Perebutan harta warisan, persaingan bisnis dan kerakusan seseorang terhadap jabatan sering kali terjadi yang menyebabkan pertumpahan darah dimana-mana. Karakusan seseorang terhadap harta dan jabatan lebih parah dibandingkan seekor srigala lapar yang dilepas pada kawanan domba. Karena srigala lapar hanya akan memakan domba, sedangkan orang yang rakus akan melahap apa saja yang ada di depannya. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ;

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ
“Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah gerombolan kambing lebih merusak daripada merusaknya seseorang terhadap agamanya karena ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan yang tinggi.” (HR. at-Tirmidzi no. 2482, ash-Shahihul Musnad, 2/178)
Sebaliknya orang yang hidupnya kecukupan, selalu bersyukur pada Allah Ta’ala, dan menggunakan hartanya dengan hati-hati serta tidak lupa berinfaq walaupun sedikit, Allah akan kayakan dia dan Allah akan berikan keberkahan pada hartanya. Karena hakekat kekayaan bukanlah banyaknya harta. Tetapi orang yang kaya adalah orang merasa cukup dengan pemberian Allah Ta’ala. Rasulullah sallahu alaihi wasallam bersabda :
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051).
Kerakusan terhadap dunia menimbulkan kekikiran. Dan kekiran akan mengakibatkan kehancuran pada seseorang di dunia dan akhirat.
Obat rakus dunia
Jika kita ingin menjadi orang yang tidak rakus terhadap dunia, wajib bagi kita untuk menhiasi diri dengan sifat qona’ah. Sedangkan tips agar seseorang menjadi qona’ah hanya ada tiga hal. Yaitu sabar dalam kefakiran, mengilmui tentang keutamaan qona’ah dan berbuat untuk menjadi orang yang mulia dan tidak meminta-minta. Ketiganya terincikan dengan beberapa langkah yang harus ditempuh diantaranya :
Pertama : Hidup hemat dan sederhana serta tidak lupa berinfaq. Barang siapa yang ingin hatinya kaya dan memiliki kemuliaan jiwa ia harus qona’ah dan berhemat dalam menggunakan harta. Janganlah anda belanjakan harta kecuali untuk hal-hal yang bermanfaat. Jangan anda belanjakan harta untuk membeli perabot-perabot yang mahal dan kurang bermanfaat. Pilahlah antara kebutuhan dengan keinginan. Kadang banyak keinginan kita yang sebenaranya kurang bermanfaat. Sehingga banyak diantara kita yang mengejar keinginan-keinginan tersebut. Padahal kenginan seseorang jika dituruti tidak akan pernah selesai sehingga datangnya ajal.
Kita membutuhkan kesederhanaan dalam pakaian, makanan, tempat tinggal dan juga kendaraan. Bukan berbangga-bangga dengan hal tersebut. Hal inilah yang menjadikan hati kita menjadi kaya dan selalu bersyukur atas pemberian Allah Ta’ala.
Rasulullah memuji orang-orang yang hidup hemat tersebut dalam hadis beliau ;
ثَلاثٌ مُنْجِيَاتٌ;  خَشْيَةُ اللهِ مِنَ السِرِّ وَ الْعَلاَنِيَةِ وَ الْقَصْدُ فِي الْغَنِىِّ وَ الْفَقْرِ وَ كَلِمَةُ الْحَقِّ فِي الرِّضَا وَ الْغَضَبِ

Tiga hal yang menyelamatkan : takut pada Allah dalam keadaaan terang-terangan maupun sembunyi, sederhana dalam keadaan kaya ataupun miskin, dan perkataan yang benar dalam keaadaan ridho ataupun marah. [ HR. Al Baihaqi, Syu’abul iman 1/471 ].
Kedua : jika kita mendapat kemudahan dalam mencari rizki, maka jangan mengerahkan seluruh tenaga untuk mendapatkan kekayaan yang lebih banyak hingga terlupakan ibadah kita. Hal inilah yang akan menjadikan diri kita pendek angan-angan. Kita harus yakin bahwa rizki yang Allah takdirkan pada kita pasti tidak akan jatuh ketangan orang lain walaupun kita juga harus mengusahakannya. Dan kerakusan seseorang terhadap harta tidak akan menambah kecuali apa yang telah Allah tetapkan kepada orang tersebut. Kita harus yakin dengan firman Allah Ta’ala :
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ في الأرْضِ إلاَّ عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, [ QS. Hud : 6 ].
Setan memang nenatiasa menakut-nakuti anak adam dengan kefakiran sehingga menusia berbuat dosa. Setan mengatakan : jika kalian tidak rakus, maka kalian menjadi orang miskin. Kalian menjadi orang lemah dan tidak dihormati. Kalian akan menjadi orang-orang pinggiran yang tidak dihormati oleh masyarakat. Dan setan akan tertawa ketika orang tersebut sudah capek dengan karakusannya, yang diikuti dengan kemalasan dia untuk beribadah pada Allah Ta’ala.
Dalam hal ini, Rasulullah sallallahu alaiwasallam memberikan arahan pada kita semua :
لاَ تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ فَإِنَّهُ لَنْ يَمُوتُ حَتَّى يَبْلُغَهُ آخِرُ رِزْقٍ هُوَ لَهُ، فَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ: أَخْذُ الْحَلاَلِ، وَتَرْكُ الْحَرَامِ
 “Janganlah kamu merasa bahwa rizqimu telat datangnya, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga telah datang kepadanya rizqi terakhir (yang telah ditentukan) untuknya, maka tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rizqi, yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram.” [ Riwayat Abdurrazzaq, Ibnu Hibban, dan Al Hakim, serta dishohihkan oleh Al Albani   6/209 ]
 Ketiga : hendaklah kita memahami bahwa dalam qona’ah ada kemuliaan, dan dalam ketamakan serta kerakusan terdapat kehinaan. Jika kita telah paham dengan hal tersebut, hati kita akan disinari dengan sifat qona’ah. Karena karakusan hanya akan mencapekkan dan menghinakan seseorang.  Sedangkan sifat qona’ah akan melahirkan kesabaran dalam menggapai syahwat-syahwat dunia. Kesabaran itulah yang akan dibalas Allah dengan jannah di akhirat.
Orang yang qona’ah akan sabar dalam mengikuti kebenaran. Ia akan kuat dalam menghadapi terpaan-terpaan saat menegakkan kebenaran. Karena ia yakin bahwa tidak ada yang kaya, kuat dan mulia kecuali Allah Ta’ala. Sebaliknya, orang yang rakus akan sangat tergantung pada manusia. Orang tersebut akan ciut nyalinya, pengecut jiwanya, tipis hatinya dan lemah imannya. Bisyr Ibnu Haris berkata ;
عِزُّ الْمُؤْمِنِ اِسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ
Kemualiaan seorang mukmin adalah merasa kayanya dia dari manusia. [ Al Baihaqi, Syu’abul Iman, 1/171 ].
Keempat : Hendaknya seseorang memahami bahwa mengumpulkan harta akan melahirkan sifat takut. Takut jika hartanya dicuri, takut jika hartanya terbakar atau mungkin lepasnya harta tersebut dari tangannya. Dan orang kaya akan masuk jannah lebih akhir dari pada orang miskin lima ratus tahun. Yang demikian itu karena orang kaya lebih banyak harta yang dihisab dibandingkan orang miskin.
Kita juga diperintahkan oleh islam untuk melihat orang yang dibawah kita dalam hal harta. Tujuannya adalah menanamkan sifat qona’ah dan sekaligus rasa syukur atas pemberian Allah. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadinya ;
إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي الْمَالِ وَالْخَلْقِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ
Jika salah seorang diantara kalian ingin melihat kepada orang yang diberi kelebihan atasnya harta dan jasad, hendaklah ia melihat yang lebih rendah darinya. [ HR. Bukhori ].
Kelima : Berdo’a pada Allah Ta’ala. Disamping berusaha, tidak lupa kita juga harus berdo’a. Do’a adalah senjata seorang mukmin dalam melawan setan. Oleh karena itu, banyaklah berdo’a pada Allah agar selalu diberi kecukupan. Do’a yang selalu dipanjatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى             
Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan ghina (HR. Muslim no. 2721)
Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan, “”Afaf dan ‘iffah bermakna menjauhkan dan menahan diri dari hal yang tidak diperbolehkan. Sedangkan al ghina adalah hati yang selalu merasa cukup dan tidak butuh pada apa yang ada di sisi manusia.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, 17/41, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobi).  
Dengan amalan-amalan di atas, insyaAllah akan menjadikan kita qona’ah dengan pemberian Allah. Kita harus paham bahwa kesabaran di dunia hanya membutuhkan waktu yang sebentar, sesudah itu kita akan merasakan kenikmatan bertahun-tahun. Hal ini seperti sabarnya seorang yang sakit saat ia tahu bahwa kesembuhan pasti akan dating.
Tidak ada jalan bagi seorang mukmin untuk mendapatkan jannah kecuali dengan zuhud dan qona’ah. Sedangkan karakusan terhadap dunia dan kikir hanya akan membawa seseorang ke neraka. Semoga kita dibimbing Allah Ta’ala menjadi orang yang mendapat dua kebahagiaan dunia dan akhirat dan diberikan bekal qona’ah serta zuhud dalam mengarungi kehidupan ini. [ Amru ]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar