Sabtu, 10 Desember 2011

HINDARI PENYEBAB KEBAKHILAN



Bakhil dalam bahasa arab biasa disebut dengan as syuhha yang artinya bakhil. Sedang dalam istilah adalah bakhilnya seseorang terhadap harta dan segala kebaikan yang ada pada dirinya atau pada orang lain. [ Afatun ‘ala thariq bab : syuhha ]
Hari ini kebakhilan sudah menjadi penyakit yang meluas dikalangan ummat Islam. Ekonomi kapitalis dan budaya hidup cuek inilah yang menjadikan kita tidak peka terhadap sesama. Lingkungan keluarga dan masyarakat kita telah berhasil menanamkan jiwa invidualisme. Yang penting saya menjadi kaya, kecukupan, semua kebutuhan serba ada, dan tidak memikirkan kebutuhan saudaranya yang lain.
 Karena sebab itulah muncul berbagi bentuk kebahilan pada ummat islam ini. Bakhilnya seorang da’I untuk menyampaikan kebenaran karena takut nikmat dunianya berkurang. Bakhilnya seorang pemimpin untuk menggunakan kepemimpinannya guna membela islam dan kebenaran. Bakhilnya seseorang untuk mengorbankan waktunya berfikir untuk kemajuan Islam. Bakhilnya seseorang untuk mengeluarkan hartanya di jalan Allah Ta’ala. Lebih parah lagi adalah bakhilnya seseorang untuk memberikan kemudahan bagi orang lain walaupun hanya dengan sesuatu yang remeh. Orang yang bakhil tidak akan mungkin mau memberikan hartanya, waktunya, tenaganya apalagi jiwa dan ruhnya untuk Islam.
Islam sangat membenci sifat bakhil. Karena sifat bakhil salah satu dari karakter orang munafiq yang tidak mau berkorban untuk kebaikan. Padahal karakter orang yang beriman adalah siap berkorban dengan apa saja demi islam.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ;
وَعَنْ جَابِرٍ رضى الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((اتَّقُوْا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوْا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ)) رواه مسلم
 Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah (takutlah) oleh kalian perbuatan dzalim, karena kedzaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka”. (HR: Muslim).
Saking bakhilnya seseorang, sampai-sampai ia tidak mau mengucapkan shalawat ketika nama nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam disebut. Hal ini sebagaimana dalam hadsit ;
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ ,قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  الْبَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
Artinya: "Orang yang kikir ialah: Orang yang tidak mau bershalawat ketika orang menyebut namaku di sisinya." (HR. Ahmad).
Kenapa karakter bakhil terjadi pada seseorang ?
Karakter bakhil tidak datang dengan sendirinya. Ia memiliki sebab-sebab yang menjadikannya hingga menjadi karakter. Diantara sebab-sebab tersebut adalah ;
Pertama : lingkungan yang ia hidup di dalamnya.  Jika seseorang hidup pada lingkungan orang-orang pelit, mulai dari keluarga, masyarakat dan bahkan Negara, maka hal itulah yang akan menjadikan karakternya menjadi orang yang bakhil.
Dari sinilah islam memberikan arahan agar kita tetap istiqomah pada saat rusaknya zaman.  Tetap rakus terhadap kebaikan saat kekikiran telah mewabah.  Dan orang-orang yang senantiasa memperbaiki kondisi ummat serta istiqomah di atas kebenaran saat rusaknya
بَدَأَ الْإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam semula asing dan akan kembali asing seperti semula, maka berbahagialah orang-orang asing itu”.(HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Para ulama hadits menambahkan dalam riwayat meraka, menjelaskan sifat orang asing tersebut, diantaranya:
قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ الله مَنِ الْغُرَبَاءُ؟ قَالَ: الَذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ إِذَا فَسَدَ النَّاس
“Beliau ditanya: Siapa orang-orang yamg terasing itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: “Orang-orang yang memperbaiki jika sekalian manusia telah rusak”.(HR. Ahmad)
kedua : cinta dunia dan takut miskin. Orang yang cinta dunia akan membawa seorang pada kekikiran. Dia mengira bahwa uang yang ia keluarkan akan menjadikan kantongnya kempes, akhirnya jatuh miskin dan menjadi orang hina di masyarakat. Ia lupa bahwa Allah pasti mengganti shadaqoh seseorang dengan melimpah.  Allah Ta'ala berfirman :
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya. [ QS. Saba' : 39 ].
Banyak orang yang cinta pada hal yang nampak yaitu dunia. Den sedikit dari manusia yang cinta pada hal yang tidak nampak yaitu akhirat. Akhiranya banyak orang yang cinta dunia dengan menumpuk-numpuk harta. Dan sedikit dari mereka yang menginfakkan hartanya sebagai infestasi di negeri yang abadi.
Ketiga : tidak yakin dengan janji Allah Ta'ala. Kurang yankinnya seseorang terhadap janji Allah Ta'ala tentang pahala di dunia dan akhirat bisa menimbulkan kekikiran. Ia tidak paham bahwa Allah lah yang memberikan segala sesuatu. Dan Ialah yang akan menggantikan shadaqoh yang dikeluarkan seseorang dengan berlipat ganda. Sedangkan orang yang bakhil Allah akan sempitkan kehidupannya. Di dalam al qur'an disebutkan ;
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى (10)
Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. [ QS. Al Lail : 8 – 10 ].
Imam Al mawardi berkata : " adapun orang-orang yang bakhil " mengandung dua makna. Pertama bakhil terhadap hartanya yang tidak kekal, kedua bakhil terhadap hak Allah Ta'ala. Sedangkan makna " merasa dirinya cukup " ada dua hal. Pertama dengan hartanya, kedua merasa dirinya cukup dan tidak membutuhkan Allah Ta'ala. [ An Naktu Wal 'uyun : 4/467 ].
Ketidak yakinnya seseorang terhadap  janji, jannah, pahala dann berbagai kenikmatan pada orang yang mau berinfaq, akan membawa seseorang pada kebakhilan yang menyengsarakan.
Keempat : membiarkan jiwanya dan tidak berusaha untuk mengendalikan agar tidak bakhil. Sesunguhnya nafsu manusia itu senang terhadap harta dan bakhil terhadapnya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala ;
 إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ. وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ  . وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, Dan Sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, Dan Sesungguhnya Dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. [ QS. Al 'Adiyaat : 6 – 8 ]
Imam As Sa'di berkata : kecintaan kepada harta itulah yang menjadikan ia lupa akan hak-hak dan kewajiban atas harta tersebut. Ia lebih mengedepankan nafsunya dibandingkan hak-hak yang harus ia tunaikan. Yang demikian itu dikarenakan pandangannya yang sempit hanya pada dunia ini saja dan lalai tentang akhirat. [ Taisirul karinir rahman fit tafsiri kalamil manan pada ayat tersebut ].
Rasulullah sallahu alaihi wasallam juga bersabda :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم  يَقُوْلُ لاَ يَزَالُ قَلْبُ الْكَبِيْرِ شَابًا فِى اثْنَـتَيْنِ فِى حُبِّ الدُّنْيَا وَطُوْلِ اْلأَمَلِ
“Dari Abi Huroirah berkata : aku mendengar Rasululloh bersabda : tidak henti-hentinya hati orang tua itu tetap muda dalam dua hal yaitu dalam cinta terhadap dunia dan panjangnya angan-angan.” [ HR. Bukhori ].
Demikainlah fitrah manusia terhadap harta. Senang, cinta dan bahkan bakhil terhadapnya. Bahkan orang tua yang sudah bau tanahpun seakan seperti anak muda jika berurusan dengan harta. Jika penyakit seperti ini dibiarkan dan tidak segera di obati dengan melatih diri rajin berinfaq dan berbuat baik kepada saudaranya yang lain, maka akan datang suatu masa. Masa yang sangat sulit untuk mengobati kekirinnya karena telah menjadi karakter dan kepribadiannya.
Kita berlindung pada Allah Ta'ala dari sifat bakhil ini. Serta kita memohon agar dimudahkan untuk memberikan berbagai kebaikan kepada saudara kita. Karena hakekat iman adalah perngorbanan dengan harta, jiwa dan segala apa yang kita miliki. Sedangkan bebakhilan terhadap berbagai kebaikan adalah karakter dan sifat orang munafiq. [ Amru ].













Tidak ada komentar:

Posting Komentar