Sabtu, 10 Desember 2011

INDAHNYA HIDUP BERSAHAJA

Kecenderungan manusia berperilaku boros terhadap harta memang sudah ada di dalam dirinya. Hal ini dapat kita perhatikan dalam hidup keseharian kita. Orang yang punya harta, kecenderungan untuk menjadi pecinta harta akan lebih besar. Makin bagus, makin mahal, makin unik, makin senang, maka makin cintalah ia kepada harta yang dimilikinya. Lebih dari itu, maka ingin pulalah ia untuk memamerkannya. Terkadang apa saja ingin dipamer-pamerkan. Ada yang pamer kendaraan, pamer rumah, pamer kendaraan, pamer mebel, pamer pakaian, dan lain-lain. Sifat ini muncul karena salah satunya kita ini ingin tampil lebih wah, lebih bermerek, atau lebih keren dari orang lain. Padahal, makin bermerek barang yang dimiliki justru akan menyiksa diri. 

Ditambah lagi perilaku boros adalah salah satu tipu daya setan terkutuk yang membuat harta yang kita miliki tidak efektif mengangkat derajat kita. Harta yang dimiliki justru efektif menjerumuskan, membelenggu, dan menjebak kita dalam kubangan tipu daya harta karena kita salah dalam menyikapinya.


Jelaslah kiranya bahwa sikap boros lebih dekat kepada perilaku setan, naudzubillaah. Karenanya, budaya bersahajalah salah satu budaya yang harus kita tanamkan kuat-kuat dalam diri. Memilih hidup dengan budaya bersahaja bukan berarti tidak boleh membeli barang-barang yang bagus, mahal, dan bermerek. Silahkan saja! Tapi ternyata kalau kita berlaku boros, sama sekali tidak akan menjadi amal kebaikan bagi kita. 

Hikmah dari krisis ekonomi yang menimpa bangsa kita, salah satunya kita harus benar-benar mengendalikan keinginan kita. Tidak setiap keinginan harus dipenuhi. Karena jikalau kita ingin membeli sesuatu karena ingin dan senang, ketahuilah bahwa keinginan itu cepat berubah. Kalau kita membeli sesuatu karena suka, maka ketika melihat yang lebih bagus, akan hilanglah selera kita pada barang yang awalnya lebih bagus tadi. Belilah sesuatu hanya karena perlu dan mampu saja. Sekali lagi, hanya karena perlu! Perlukah saya beli barang ini ?. Matikah saya kalau tidak ada barang ini ?. Kalau tidak ada barang ini saya hancur tidak ?. Itulah yang harus selalu kita tanyakan ketika akan membeli suatu barang. Kalau saja kita masih bisa bertahan dengan barang lain yang lebih bersahaja, maka lebih bijak jika kita tidak melakukan pembelian.

Ketika tersirat ingin membeli motor atau mobil baru, tanyakan; perlukah kita membeli motor baru ?. Sudah wajibkah kita membelinya ?. Nah, ketika alasan pertanyaan tadi sudah logis dan dapat diterima akal sehat, maka kalau pun jadi membeli pilihlah yang skalanya paling irit, paling hemat, dan paling mudah perawatannya. Jangan berpikir dulu tentang keren atau mereknya. Cobalah renungkan; mending keren tapi menderita atau irit tapi lancar ?. Tahanlah keinginan untuk berlaku boros dengan sekuat tenaga, yakinlah makin kita bisa mengendalikan keinginan kita, Insya Allah kita akan makin terpelihara dari sikap boros. Sebaliknya, jika tidak dapat kita kendalikan, maka pastilah kita akan disiksa oleh barang-barang kita sendiri. Kita akan disiksa oleh kendaraan kita dan disiksa oleh harta kita yang kita miliki. Rugi, sangat rugi orang yang memperturutkan hidupnya karena sesuatu yang dianggap keren atau bermerek. Apalagi, keren menurut kita belum tentu keren menurut orang lain, bahkan sebaliknya bisa jadi malah dicurigai. Karena ada pula orang yang ketika memakai sesuatu yang bermerek, justru disangka barang temuan. Rasulullah sallallahu alihi wasallam bersabda :

كُلُوا وَاشْرَبُوا وَالْبَسُوا وَتَصَدَّقُوا فِي غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلَا مَخِيلَةٍ
Makanlah minum dan berpakaianlah serta bersedakahlah tetapi jaangan berlebihan dan bakhil [ HR. Bukhari ].

Kesahajaan nabi sallallahu alaihi wasallam dan para sahabat
Rasulullallahu sallallahu alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu 'anhum adalah contoh yang nyata dalam kesahajaan dan kesederhanaan. Rasulullah jika mau bisa saja beliau menjadi orang yang kaya. Karena beliau adalah pemimpin umat islam ketika itu, dan seper lima harta rampasan perang adalah milik beliau. Tetapi beliau memilih hidup dalam kesederhanaan.

Marilah kita selami beberapa hadist di bawah ini agar kita tahu betul bagaimana kesederhanaan nabi sallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya.

Sederhana pada makanan
Diantaranya adalah kesederhanaan beliau dalam masalah makanan. Dalam hadits Nabi sallallahu alaihi wasallam disebutkan, berkata A’isyah radhiyallahu 'anha kepada keponakannya ‘Urwah : “Telah berlalu atas kami bulan baru, bulan baru, bulan baru (3 bulan) sementara tidak pernah menyala api di dapur rumah Nabi sallallahu alaihi wasallam dan keluarganya, maka ditanyakan oleh ‘Urwah: Wahai bibinda maka dengan apa kalian makan? Dijawab : Dengan air dan kurma.” (HR Bukhari 8/121 dan Muslim 8/217)

Sederhanaan dalam hal pakaian
Sedangkan kezuhudan beliau dalam maslaha pakaian, diriwayatkan dari Abi Bardah: “Telah keluar A’isyah radhiyallahu 'anha pada kami membawa sehelai selendang kasar dan selembar kain keras sambil berkata: Telah dibungkus jasad Nabi sallallahu alaihi wasallam dengan kain seperti ini.” (HR Bukhari 7/195, Muslim 6/145, Abu Daud 4036 dan Turmudzi 1733) Dan berkata Al-Hasan radhiyallahu 'anhu : Umar radhiyallahu 'anhu pernah berkhutbah saat ia menjabat presiden sementara di bajunya aku hitung ada 12 bekas jahitan.

Sederhana dalam tempat tinggal
Beluau juga sangat zuhud terhadap tempat tinggal, dalam hadits disebutkan: “Seorang muslim diberi pahala dari semua harta yang dinafkahkannya, kecuali dari apa yang dibuatnya dari tanah ini (bangunan).” (HR Ibnu Maajah 4163), berkata al-Hasan radhiyallahu 'anhu : Aku jika memasuki rumah Nabi sallallahu alaihi wasallam, maka kepalaku menyentuh atap daun kurmanya. 

Sederhana dalam hal perkakas rumah tangga
Dalam hadits disebutkan kata Umar radhiyallahu 'anhu : “Saya masuk ke dalam rumah Nabi sallallahu alaihi wasallam, sedang ia bertelekan pada sebuah tikar kasar sehingga berbekas pada tubuhnya, maka aku melihat pada perabotannya hanya kulihat segenggam tepung sebanyak 1 sha’.” (HR Bukhari 7/38, Muslim 4/189, 191)

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata : “Suatu ketika aku datang mengunjungi Rasulullah, ketika itu beliau baru saja bangun dari tidurnya, maka aku berkata kepadanya: ‘Ya Rasulullah! Bagaimana kalau aku ingin memberi tuan kasur untuk terhindar dari himpitan yang tak sedap dipandang itu ?’ Rasulullah menjawab: ‘Apa artinya aku dan dunia ini, aku dan dunia bagaikan seorang musafir yang berteduh di bawah pohon melepaskan lelah kemudian pergi meninggalkannya untuk selamanya.’ Beliau sering berdo’a: ‘Ya Allah, jadikanlah rizqi keluarga Muhammad sekedar memenuhi kebutuhannya.’ ”

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, salah satu diantara sepuluh orang yang dijamin masuk jannah juga telah memberikan contoh pada kita tentang zuhudnya beliau pada alat rumah tangga.
Abu Nu’airn mengeluarkan dari Abu Ma’mar, bahwa tatkala Umar mengadakan lawatan ke Syam, maka disambut para pemuka dan pemimpin masyarakat di sana. “Mana saudaraku?” tanya Umar. “Siapa yang engkau maksudkan?’ tanya orang-orang. “Abu Ubaidah. ” “Sekarang dia baru menuju ke sini. Ketika Abu Ubaidah sudah tiba, Umar turun dari kendaraannya lalu memeluknya. Kemudian Umar masuk ke rumah Abu Ubaidah dan tidak melihat perkakas apa pun kecuali pedang, perisai dan kudanya. 

Janganlah kita berkesimpulan yang salah mengenai Kezuhudan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Perlu disadari bahwa sifat kezuhudan beliau ini bukanlah karena beliau fakir (melarat), bakhil (pelit), dan tidak punya makanan sama sekali. Andai kata beliau menginginkan hidup mewah yang bergelimungan dengan harta kekayaan dan bersenang-senang dengan bunga-bunga kehidupan dunia, niscaya dengan patuh dan taat dunia ini akan tunduk di hadapan beliau. Akan tetapi bukanlah kemewahan hidup di dunia yang beliau kehendaki. 

Rasulullah khawatir ummatnya dihinggapi penyakit rakus terhadap bunga-bunga kehidupan dunia yang bisa melupakan kewajiban da’wah dan jihad. Beliau khawatir ummatnya dihinggapi penyakit mabuk daratan melihat harta yang bergelimangan sehingga lupa serta lengah terhadap kewajiban menegakkan kalimat Allah. Beliau juga khawatir kalau-kalau dunia ini terbentang di hadapan mereka yang menjadikan mereka binasa seperti yang telah terjadi pada ummat-ummat sebelum mereka. Semoga kita dijauhkan dari segala yang dikhawatirkan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. [ Amru ].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar