Pernahkah
kita berpikir atau bertanya pada diri kita sendiri, mengapa hati kita cenderung
tertarik dengan dosa-dosa dan menjauh dari pahala?. Mengapa hati
kita merasa gersang dan keras ?. Mengapa kita merasa begitu jauh dari Allah
Ta'ala ?. mengapa kita tidak bisa merasakan manisnya iman ?. Mengapa mata kita
kering dari tangisan karena rasa takut pada Allah Ta'ala ?. Mengapa ketika
banyak nasehat dan peringatan yang sampai pada kita, mata ini tetap membeku
bagaikan benda padat dan bebatuan yang membisu ?. Marilah kita cari jawabannya.
Menangis
karena Allah Ta'ala adalah kebiasaan Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam
dan para sahabat radhiyallahu 'anhum. Bahkan kebiasaan tersebut
dilanjutkan oleh generasi berikutnya hingga orang-orang shalih pada setiap
zaman. Akan tetapi menangis karena Allah Ta'ala adalah sebuah ibadah yang tidak
semua orang bisa mengerjakannya. Bahkan hari ini banyak orang yang telah melalaikannya
kecuali orang-orang yang dirahmati Allah Ta'ala. Dan seandainya ummat ini dapat
melakukan ibadah tersebut, maka keadaan kita tidak separah hari ini.
Memang
saat hati tidak lagi tersentuh oleh lantunan indah ayat-ayat suci Al Qur'an dan
lebih cenderung mengonsumsi nyanyian-nyanyian cengeng dan berisi maksiat, maka
saat itulah hati menjadi keras membatu dan tak dapat melelehkan air mata di
kala mengingat dosa-dosa dan peringatan tentang neraka. Dan di saat itu
pulalah, shalat tak lagi terasa nikmat. Munajat tak lagi manis dan hanya jadi
aktifitas harian kita sebagaimana aktifitas di kantor, sekolah, kampus, atau
lapangan akitifitas lainnya.
Imam
Ibnul Qoyyim berkata : ketika mata kering dari tangisan karena takut pada Allah
Ta'ala, maka ketahuilah bahwa keringnya itu akibat kerasnya hati. Sedangkan
hati yang paling jauh dari Allah Ta'ala adalah hati yang keras. [ Bada'iul
fawaid 3/743 ].
Macam-macam
tangisan
Tangisan
memang ada yang dibenarkan dan diperintahkan, akan tetapi juga ada yang tercela
dan dilarang agama.
Yazid
bin Maisarah berkata : Tangisan dikarenakan tujuh sebab ; 1, karena rasa
gembira, 2, karena sedih, 3, karena takut, 4, karena riya' [ ingin dilihat
orang ], 5, karena sakit, 6, karena rasa syukur, 7, karena takut pada Allah
Ta'ala yang tetesan airnya bisa memadamkan lautan api neraka. [ diambil dari
" albuka' min khosyatillah " Ihsan bin Muhammad bin Ayyas al 'utaibi
].
Memang, masalah tangis adalah
persoalan yang sangat sulit dilakukan oleh orang-orang yang memiliki hati yang
gersang, keruh, dan kotor. Terlebih lagi hati yang telah keras membatu dari
peringatan Allah berupa ancaman neraka.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala.
ثُمَّ
قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ
قَسْوَةً
"Kemudian setelah itu
hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi." (QS. Al
Baqarah: 74).
Hal ini dapat dijumpai pada
orang-orang yang hatinya sedang lalai dari pengawasan Allah Ta'ala. Masalah ini
tidak hanya menimpa orang-orang awam atau orang yang tidak kenal agama ini,
tetapi juga bisa menimpa para aktifis dakwah, penuntut ilmu syar'i, bahkan
ulama sekalipun, karena tidak mengamalkan ilmu mereka dengan baik. Beribadah
hanya karena ingin dikatakan sebagai ahli ibadah, orang alim dan lain
sebagainya. Kalaupun mereka bisa menangis, itupun paling tangis kebohongan dan
bukan karena Allah Ta'ala.
Makanya,
tangisan karena takut pada Allah Ta'ala ini tidak dihargai percuma. Bahkan
Allah akan menjauhkan pelakunya dari neraka, karena memang sangat sulit kecuali
orang yang ikhlas betul dalam tangisannya. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam
bersabda dalam hadisnya ;
عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ عَيْنَانِ لَا
تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ
تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Dua
mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka: Mata yang menangis karena takut
kepada Allah dan mata yang bergadang untuk berjaga di jalan Allah.” (HR. At-Tirmizi no. 1639)
Buah
dari menangis karena Allah Ta'ala
Buah
dari menangisnya seseorang karena Allah Ta'ala akan dirasakan di dunia dan di
akhirat. Diantara buah tersebut adalah ;
Pertama
: kelembutan hati
sehingga mudah untuk mendapatkan hidayah dari Allah Ta'ala. Hati yang lembut
akan mudah menangis dan menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya. Dan hati
yang lembut akan mudah menangis saat menyimak al qur'an dan dzikir-dzikir
dibacakan padanya.
Imam
Ibnu Taimiyah berkata : Gemetarnya hati, berlinangnya air mata, dan badan yang
menggigil saat menyimak ayat-ayat Allah Ta'ala dan melantunkan dzikir-dzikir
yang disyari'atkan merupakan keadaan terbaik yang telah disinyalir oleh al
qur'an dan as sunnah. [ Majmu' fatawa 22/522 ].
Kedua
: kecintaan
dari Allah Ta'ala. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda :
عَنْ
أَبِي أُمَامَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ:"لَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ قَطْرَتَيْنِ
وَأَثَرَيْنِ: قَطْرَةُ دُمُوعٍ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَقَطْرَةُ دَمٍ تُهَرَاقُ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَأَمَّا الأَثَرَانِ: فَأَثَرٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ،
وَأَثَرٌ فِي فَرِيضَةٍ مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ"
Dari Abu Umamah, Shuday bin 'Ajlan al-Bahili radhiyallahu 'anhu
dari Nabi sallallhu alaihi wasallam sabdanya: "Tiada sesuatupun
yang lebih dicintai Allah Ta'ala daripada dua tetesan dan dua bekas. Dua
tetesan itu ialah tetesan airmata kerana takut kepada Allah dan tetesan darah
yang dialirkan fisabilillah. Adapun dua bekas yaitu bekas luka fi-sabilillah
dan bekas dalam mengerjakan kewajiban diantara kewajiban Allah Ta'ala” (seperti
bekas sujud dan lain-lain).
[ Diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dan dia mengatakan bahwa ini adalah Hadis
hasan Gharib ].
Ketiga : Mendapatkan naungan dari Allah Ta'ala pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
إِمَامٌ عَادِلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ
اللَّهِ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ فِي خَلَاءٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ
مُعَلَّقٌ فِي الْمَسْجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ إِلَى
نَفْسِهَا قَالَ إِنِّي أَخَافُ
اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا صَنَعَتْ يَمِينُهُ ".
”Ada tujuh golongan yang Allah beri naungan pada
hari kiamat di bawah naungan-Nya dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada
Allah, seorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri lalu berlinang
air matanya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang
yang saling mencintai karena Allah, seorang lelaki yang dirayu oleh seorang
wanita berkedudukan dan berparas cantik lalu ia berkata: sesungguhnya aku takut
kepada Allah, seorang yang bersedekah lalu dia menyembunyikannya sehingga
tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikerjakan oleh tangan kanannya.” [
HR. Bukhori ].
Saat
itu manusia menghadapi kejadian yang sangat hebat. Yaitu saat matahari
didekatkan Allah diatas kepala, dan saat keringat bercucuran hingga ada yang tenggelam
karena keringat tersebut, orang yang menangis karena Allah disaat sepi mendapat
naungan-Nya. Mereka mendapat kesejukan pada hari itu bersama tujuh golongan
lain karena amalan-amalan yang telah mereka lakukan.
Ke
empat : mendapat kedudukan terhormat dengan mengikuti para nabi alaihimusssalam.
Allah Ta'ala
telah sebutkan tentang mereka ini dalam al qur'an :
Mereka
itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, Yaitu Para Nabi
dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan
dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri
petunjuk dan telah Kami pilih. apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha
Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. [ Qs. Maryam : 58 ].
Adalah
para nabi utusan Allah, jika mereka mendengarkan ayat-ayat dibacakan, hati
mereka bergetar dan meresapi apa yang mereka dengarkan. Kemudian hati mereka
tersungkur ketanah dalam keadaan menangis. Mengalirlah dari mata-mata beliau
air mata kecintaan, kerinduan, kekhusyu'an dan air mata ketakutan akan
siksanya.
Abdullah
binsyakir berkata : Aku mendatangi Rasulullah sallallahu alaihi wasallam ketika
beliau sedang shalat. Maka terdengarlah dari dalam dada beliau seperti air
mendidih dalam periuk disebabkan tangisan beliau. [ HR. Ahmad 15877 ].
Kita
memohon agar diberikan petunjuk untuk mencintai dan dapat meniru mereka serta
dikumpulkan dengan mereka di jannah. Karena tidaklah ada sebuah kenikmatan yang
lebih tinggi dari jannah-Nya.
Sebagai
penutup, marilah kita bertanya pada diri kita. Sudahkah mata ini menetes karena
takut, cinta rindu dan mengagunkan-Nya ?. Atau masihkah mata ini membatu
sehingga sulit untuk meresapi ayat-ayat dan do'a yang kita lantunkan ?.
Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh masing-masing diantara kita. Semoga
Allah Ta'ala memberikan kepada kita hati yang khusu' dan lesan yang senantiasa
dzikir sehingga menghasilkan tetesan-tesan bening dari kelopak mata kita. [
Amru ].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar