Sabtu, 10 Maret 2012

Mengapa hati harus bersih



Dakwah pada bersihnya hati adalah dakwah yang prinsip dalam aqidah ahlussunnah wal jama’ah. Bahkan keberhasilan individu dan jama’ah sangat ditentukan oleh kebersihan hati. Dan sekali-kali seseorang tidak dapat membersihkan hatinya kecuali atas pertolongan Allah Ta’ala.

وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Sekiranya tidaklah Karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. [ An Nuur : 21 ]
Beningnya hati tidaklah semata-mata karena usaha manusia. Tetapi juga karena rahmat dan keutamaan yang Allah Ta’ala berikan. Sehingga kita diberikan kejernihan hati untuk menerima kebenaran dan mengamalkannya.

Saudara-saudaraku, sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata qolbunya menjadi bening, jernih, bersih, dan selamat. Sungguh berbahagia dan mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki qolbu yang tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya. Karena selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan.


Betapa tidak, orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih. Bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi hari yang cerah lalu terpancari sejuknya sinar mentari pagi; jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Tidak berlebihan jika setiap orang akan merasa nikmat menatap pemilik wajah yang cerah, ceria, penuh sungging senyuman tulus seperti ini.
Silahkan bandingkan dengan orang yang berperilaku sebaliknya; berhati busuk, semrawut, dan kusut masai. Wajahnya bermuram durja, kusam, dan senantiasa tampak resah dan gelisah. Kata-katanya bengis, kasar, dan ketus. Hatinya pun senantiasa dikotori buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain bahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan. Tak berlebihan bila perilakunya pun menjadi hina dan nista, jauh dari perilaku terhormat, lebih dari itu, badannya pun menjadi mudah terserang penyakit. Penyakit buah dari kebusukan hati, buah dari ketegangan jiwa, dan buah dari letihnya pikiran diterpa aneka rona masalah kehidupan. Selain itu, akal pikirannya pun menjadi sempit dan bahkan lebih banyak berpikir tentang kezhaliman.

Oleh karenanya, bagi orang yang busuk hati sama sekali tidak ada waktu untuk bertambah ilmu. Segenap waktunya habis hanya digunakan untuk memuntahkan ketidaksukaannya kepada orang lain. Tidak mengherankan bila hubungan dengan Allah Ta’ala pun menjadi hancur berantakan, ibadah tidak lagi menjadi nikmat dan bahkan menjadi rusak dan kering. Lebih rugi lagi, ia menjadi jauh dari rahmat Allah dan aneka masalah pun segera datang menghampiri, naudzubillaah (kita berlindung kepada Allah).

Pentingnya menata hati
Bening dan bersihnya hati kita sangat penting bagi kebahagiaan pada setiap pribadi dan kelompok masyarakat. Dan ia merupakan kebutuhan mendesak pada ummat hari ini. Semua ini dikarenakan beberapa hal, diantanya :

Pertama : Menata hati adalah termasuk tugas yang utama para rasul. Bahkan bersihnya hati adalah prioritas utama sebelum pengajaran tentang kitab dan sunnah. Karena dengan tazkiyah hati akan bersih dan siap menerima ilmu serta beramal dengannya. Bagaimana mungkin ia akan menerima hidayah jika hatinya kotor dan jauh diri sifat-sifat yang terpuji ?. Bencananya hati seperti sombong, ‘ujub dan yang lainnya akan menghalangi seseorang dari hidayah sehingga tidak menerima petunjuk dan bahkan memerangi para penyeru kebenaran.
Allah Ta’ala berfirman :

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. [ ‘Ali Imran : 164 ].

Kedua : ketenangan dan kebahagiaan seseorang sangat dipengaruhi oleh bersihnya hati. Bahkan berbagai ujian hidup terasa nikmat jika ia telah mendapatkan kebeningan dan kebersihan hati. Lihatlah bagaimana hal ini telah dirasakan oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah. Sebagaimana dituturkan Ibnul Qoyyim dalam al wabilus shayyib hal. 96. 

Aku mendengar syaikhul Islam semoga Allah sucikan ruhnya berkata : Sesungguhnya di dunia ini ada surga. Barang siapa yang belum memasukinya, maka ia tidak akan bisa masuk surga di akhirat.

Bahkan beliau berkata ketika dipenjara : Apa yang diperbuat musuh padaku ?. Sesungguhnya jannah dan kebunku ada di dadaku, dimanapun ia berhenti ia selalu bersamaku dan tidak memisahkanku. Sesungguhnya penjaraku adalah menyepiku [ dengan Allah ]. Dan terbunuhku adalah kesyahidan, dan diusirnya aku dari kampung halaman adalah plesir.

Beliau juga berkata : orang yang terpenjara adalah orang yang terpenjara hatinya dari Robnya, sedangkan tawanan adalah orang yang tertawan oleh hawa nafsunya.

Tidaklah ada yang orang dapat merasakan nikmatnya hidup melebihi beliau. Pada saat beliau mengalami sempitnya hidup, berpisah dari kesengan-kesenangan, yaitu pada saat beliau dipenjara dan diancam, tetapi beliau malah mendapatkan puncak kenikmatan hidup. Beliau juga mendapatkan kelapangan dada dan kekuatan hati yang terpancar dari wajah beliau.

Bahkan Ibnul qoyyim melanjutkan; jika kami dalam kondisi sempit dan ketakutan serta membayangkan hal-hal yang tidak-tidak. Sementara bumi tersa sempit, maka kami mendengar perkatan belaiu hingga hilanglah kecemasan tersebut. Hatipun menjadi lapang, tenang dan kekuatan hatipun mulai muncul. Maka, maha suci Allah yang telah mempersaksikan hamba-Nya jannah di dunia sebelum menyaksikannya di akhirat. Serta dibukakan bagi mereka keinginan untuk beramal sehingga mendatangkan kekeuatan ruh yang kuat dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.

Seorang ahli hikmah berkata : seandainya raja dan anak raja mengetahui apa yang kami rasakan dari berbagai ketenangan hati, pasti mereka akan merebutnya dari kami dengan pedang.

Maka mencintai Allah Ta’ala, mengetahui-Nya, selalu mengingat-Nya dan merasa tenang dengan-Nya, disamping itu juga mentauhidkan-Nya dalam rasa cinta, takut dan rasa harap serta tawakkal sehingga hanya kepada Allah dipasrahkan seluruh urusan, itulah jannahnya dunia serta kenikmatan yang tiada duanya. 

Itulah penyejuk mata bagi orang-orang yang mengetahuinya. Tidak mungkin seseorang mendapatkan penyejuk mata kecuali dia mendapat penyejuk mata dari Allah Ta’ala. Barang siapa penyejuk matanya hanya Allah, menjadi sejuklah setiap apa-apa yang ia pandang. Akan tetapi barang siapa yang penyejuk matanya selain Allah Ta’ala, maka tidaklah ia dapatkan penyejuk mata di dunia ini. Dan ia termasuk diantara orang-orang yang rugi dunia akhirat.
Ketiga : seseorang tidak akan diterima di akhirat kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang selamat. Allah Ta’ala berfirman :
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. [ As Syu’aro’ : 88 – 89 ].

Hati yang selamat disini adalah hati yang jauh dari kotoran-kotoran maksiat dan kesyirikan. Maka prioritas pembenahan hati dari perbuatan dosa adalah penting, sebagai bekalan seseorang untuk mendapatkan ilmu dan juga menghadap pencipta-Nya.

Sebagai orang mukmin, meraih hati yang jernih adalah kebutuhan pokoknya. Ia harus raih dengan mentauhidkan Allah Ta’ala serta mengamalkan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Disamping kita berusaha untuk mensucikan jiwa, kita juga harus memohon pada Allah melalui do’a. karena amal shalih serta usaha yang dilakukan seseorang tanpa ada rahmat dan kasih sayang Allah tidak akan didapatkan. Di antara do'a diajarkan Islam dan sering dipanjatkan oleh Rasulullah sallallahu alaihiwasallam  agar senantiasa diberikan kesucian jiwa adalah :
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا
"Ya Allah anugerahi kepada jiwaku ketaqwaan, sucikanlah dia (jiwaku) karena Engkaulah sebaik-baik Dzat yang menyucikannya, Engkaulah wali dan penolongnya" [ HR. Muslim ].

Dunia ini hanya ada dua jalan. Jalan menuju jannah dan jalan menuju neraka. Jalan menuju jannah adalah dengan usaha mensucikan hati dari berbagai kotoran. Sebaliknya, jalan menuju neraka dengan kesyirikan dan kemaksiatan. Jika anda serius untuk menuju jannah, maka usahakan jalan-jalannya dan jangan lupa do’a. Allah pasti membantu orang-orang yang berusaha untuk menuju jannah-Nya. [ Amru ]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar