Dakwah
pada bersihnya hati adalah dakwah yang prinsip dalam aqidah ahlussunnah
wal jama’ah. Bahkan keberhasilan individu dan jama’ah sangat ditentukan
oleh kebersihan hati. Dan sekali-kali seseorang tidak dapat
membersihkan hatinya kecuali atas pertolongan Allah Ta’ala.
وَلَوْلا
فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ
أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Sekiranya
tidaklah Karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian,
niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji
dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. [ An
Nuur : 21 ]
Beningnya
hati tidaklah semata-mata karena usaha manusia. Tetapi juga karena
rahmat dan keutamaan yang Allah Ta’ala berikan. Sehingga kita diberikan
kejernihan hati untuk menerima kebenaran dan mengamalkannya.
Saudara-saudaraku,
sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata qolbunya menjadi
bening, jernih, bersih, dan selamat. Sungguh berbahagia dan mengesankan
bagi siapapun sekiranya memiliki qolbu yang tertata, terpelihara, dan
terawat dengan sebaik-baiknya. Karena selain senantiasa merasakan
kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di
dunia ini, pancaran kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari
indahnya setiap aktivitas yang dilakukan.
Betapa
tidak, orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih
jernih. Bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi hari yang
cerah lalu terpancari sejuknya sinar mentari pagi; jernih, bersinar,
sejuk, dan menyegarkan. Tidak berlebihan jika setiap orang akan merasa
nikmat menatap pemilik wajah yang cerah, ceria, penuh sungging senyuman
tulus seperti ini.
Silahkan
bandingkan dengan orang yang berperilaku sebaliknya; berhati busuk,
semrawut, dan kusut masai. Wajahnya bermuram durja, kusam, dan
senantiasa tampak resah dan gelisah. Kata-katanya bengis, kasar, dan
ketus. Hatinya pun senantiasa dikotori buruk sangka, dendam kesumat,
licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang
lain bahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus
menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan. Tak berlebihan bila
perilakunya pun menjadi hina dan nista, jauh dari perilaku terhormat,
lebih dari itu, badannya pun menjadi mudah terserang penyakit. Penyakit
buah dari kebusukan hati, buah dari ketegangan jiwa, dan buah dari
letihnya pikiran diterpa aneka rona masalah kehidupan. Selain itu, akal
pikirannya pun menjadi sempit dan bahkan lebih banyak berpikir tentang
kezhaliman.
Oleh
karenanya, bagi orang yang busuk hati sama sekali tidak ada waktu untuk
bertambah ilmu. Segenap waktunya habis hanya digunakan untuk
memuntahkan ketidaksukaannya kepada orang lain. Tidak mengherankan bila
hubungan dengan Allah Ta’ala pun menjadi hancur berantakan, ibadah tidak
lagi menjadi nikmat dan bahkan menjadi rusak dan kering. Lebih rugi
lagi, ia menjadi jauh dari rahmat Allah dan aneka masalah pun segera
datang menghampiri, naudzubillaah (kita berlindung kepada Allah).
Pentingnya menata hati
Bening
dan bersihnya hati kita sangat penting bagi kebahagiaan pada setiap
pribadi dan kelompok masyarakat. Dan ia merupakan kebutuhan mendesak
pada ummat hari ini. Semua ini dikarenakan beberapa hal, diantanya :
Pertama
: Menata hati adalah termasuk tugas yang utama para rasul. Bahkan
bersihnya hati adalah prioritas utama sebelum pengajaran tentang kitab
dan sunnah. Karena dengan tazkiyah hati akan bersih dan siap menerima
ilmu serta beramal dengannya. Bagaimana mungkin ia akan menerima hidayah
jika hatinya kotor dan jauh diri sifat-sifat yang terpuji ?. Bencananya
hati seperti sombong, ‘ujub dan yang lainnya akan menghalangi seseorang
dari hidayah sehingga tidak menerima petunjuk dan bahkan memerangi para
penyeru kebenaran.
Allah Ta’ala berfirman :
لَقَدْ
مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ
أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ
مُبِينٍ
Sungguh
Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan
Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar
dalam kesesatan yang nyata. [ ‘Ali Imran : 164 ].
Kedua
: ketenangan dan kebahagiaan seseorang sangat dipengaruhi oleh
bersihnya hati. Bahkan berbagai ujian hidup terasa nikmat jika ia telah
mendapatkan kebeningan dan kebersihan hati. Lihatlah bagaimana hal ini
telah dirasakan oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah. Sebagaimana dituturkan Ibnul Qoyyim dalam al wabilus shayyib hal. 96.
Aku mendengar syaikhul Islam semoga Allah sucikan ruhnya berkata : Sesungguhnya di dunia ini ada surga. Barang siapa yang belum memasukinya, maka ia tidak akan bisa masuk surga di akhirat.
Bahkan beliau berkata ketika dipenjara : Apa
yang diperbuat musuh padaku ?. Sesungguhnya jannah dan kebunku ada di
dadaku, dimanapun ia berhenti ia selalu bersamaku dan tidak
memisahkanku. Sesungguhnya penjaraku adalah menyepiku [ dengan Allah ].
Dan terbunuhku adalah kesyahidan, dan diusirnya aku dari kampung halaman
adalah plesir.
Beliau juga berkata : orang
yang terpenjara adalah orang yang terpenjara hatinya dari Robnya,
sedangkan tawanan adalah orang yang tertawan oleh hawa nafsunya.
Tidaklah
ada yang orang dapat merasakan nikmatnya hidup melebihi beliau. Pada
saat beliau mengalami sempitnya hidup, berpisah dari
kesengan-kesenangan, yaitu pada saat beliau dipenjara dan diancam,
tetapi beliau malah mendapatkan puncak kenikmatan hidup. Beliau juga
mendapatkan kelapangan dada dan kekuatan hati yang terpancar dari wajah
beliau.
Bahkan
Ibnul qoyyim melanjutkan; jika kami dalam kondisi sempit dan ketakutan
serta membayangkan hal-hal yang tidak-tidak. Sementara bumi tersa
sempit, maka kami mendengar perkatan belaiu hingga hilanglah kecemasan
tersebut. Hatipun menjadi lapang, tenang dan kekuatan hatipun mulai
muncul. Maka, maha suci Allah yang telah mempersaksikan hamba-Nya jannah
di dunia sebelum menyaksikannya di akhirat. Serta dibukakan bagi mereka
keinginan untuk beramal sehingga mendatangkan kekeuatan ruh yang kuat
dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.
Seorang
ahli hikmah berkata : seandainya raja dan anak raja mengetahui apa yang
kami rasakan dari berbagai ketenangan hati, pasti mereka akan
merebutnya dari kami dengan pedang.
Maka
mencintai Allah Ta’ala, mengetahui-Nya, selalu mengingat-Nya dan merasa
tenang dengan-Nya, disamping itu juga mentauhidkan-Nya dalam rasa
cinta, takut dan rasa harap serta tawakkal sehingga hanya kepada Allah
dipasrahkan seluruh urusan, itulah jannahnya dunia serta kenikmatan yang
tiada duanya.
Itulah
penyejuk mata bagi orang-orang yang mengetahuinya. Tidak mungkin
seseorang mendapatkan penyejuk mata kecuali dia mendapat penyejuk mata
dari Allah Ta’ala. Barang siapa penyejuk matanya hanya Allah, menjadi
sejuklah setiap apa-apa yang ia pandang. Akan tetapi barang siapa yang
penyejuk matanya selain Allah Ta’ala, maka tidaklah ia dapatkan penyejuk
mata di dunia ini. Dan ia termasuk diantara orang-orang yang rugi dunia
akhirat.
Ketiga
: seseorang tidak akan diterima di akhirat kecuali yang menghadap Allah
dengan hati yang selamat. Allah Ta’ala berfirman :
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu)
di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. [ As Syu’aro’ :
88 – 89 ].
Hati
yang selamat disini adalah hati yang jauh dari kotoran-kotoran maksiat
dan kesyirikan. Maka prioritas pembenahan hati dari perbuatan dosa
adalah penting, sebagai bekalan seseorang untuk mendapatkan ilmu dan
juga menghadap pencipta-Nya.
Sebagai
orang mukmin, meraih hati yang jernih adalah kebutuhan pokoknya. Ia
harus raih dengan mentauhidkan Allah Ta’ala serta mengamalkan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Disamping
kita berusaha untuk mensucikan jiwa, kita juga harus memohon pada Allah
melalui do’a. karena amal shalih serta usaha yang dilakukan seseorang
tanpa ada rahmat dan kasih sayang Allah tidak akan didapatkan. Di antara
do'a diajarkan Islam dan sering dipanjatkan oleh Rasulullah sallallahu alaihiwasallam agar senantiasa diberikan kesucian jiwa adalah :
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا
"Ya
Allah anugerahi kepada jiwaku ketaqwaan, sucikanlah dia (jiwaku) karena
Engkaulah sebaik-baik Dzat yang menyucikannya, Engkaulah wali dan
penolongnya" [ HR. Muslim ].
Dunia
ini hanya ada dua jalan. Jalan menuju jannah dan jalan menuju neraka.
Jalan menuju jannah adalah dengan usaha mensucikan hati dari berbagai
kotoran. Sebaliknya, jalan menuju neraka dengan kesyirikan dan
kemaksiatan. Jika anda serius untuk menuju jannah, maka usahakan
jalan-jalannya dan jangan lupa do’a. Allah pasti membantu orang-orang
yang berusaha untuk menuju jannah-Nya. [ Amru ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar